Selasa, 05 Juni 2012

Ekspedisi Rinjani

"Kalau loe masih pengen lihat Semeru, jangan ke Rinjani dulu!!!!"




"Hey....ngapain ke gunung? udah capek, nggak ada hasilnya lagi...."

Tentunya para pendaki sering mendapat pertanyaan bernada cibiran semacam itu. Hmmm...... biasanya, aku sendiri juga sulit menemukan jawaban yang pas atas pertanyaan itu. Jawaban bisa berubah tergantung suasana hati.... 

Tapi kalau ada yang bertanya, "Hey....ngapain kamu ke Rinjani? udah jauh, mahal pula...." Dengan lantang bisa ku jawab, "Kamu harus melihatnya sendiri mengapa aku mau bersusah payah ke sana!!!" Yupp.....gunung Rinjani bisa dibilang gunung paling eksotis yang pernah ku kunjungi. Bagaimana tidak, pesona kaki gunungnya saja bahkan sanggup mengalahkan kedahsyatan pemandangan gunung Semeru.

Berikut cuplikan film pendakian kami:

Hasil cipta karya bang Oz


Rencana pendakian sendiri telah dicanangkan pasca pendakian Semeru setahun lalu. Dan akhirnya, rencana itu dapat diwujudkan. Sayangnya, pendakian kali ini tidak ditemani sahabat-sahabat terbaikku. Mudah-mudahan dalam kesempatan berikutnya kami bisa full team lagi :)

April 2012
Seperti yang sudah-sudah, penggalangan pasukan dilakukan lewat dunia maya. Target utama tetap teman-teman yang sudah dikenal. Awalnya, peserta yang terkumpul sebanyak 14 orang. Namun, menjelang hari H, peserta yang memastikan diri berangkat tersisa separuh. Alasannya bervariasi, sebagian besar karena tidak mendapat izin dari bos di kantor masing-masing.

Pasukan yang jadi berangkat, yaitu: Habiby, David, Febri, Akbar, Oz, Siti, dan Rani.
12 Mei 2012
Kira-kira pukul 08.00 hampir seluruh anggota tim telah berkumpul di bandara Soekarno Hatta dan seperti biasa, aku belum sampai....hahahaha.... Aku tiba di bandara pukul 08.30. Agak panik sebenarnya, karena pesawat kami akan terbang pukul 09.00.

Pukul 09.00 kami boarding dan terbang menuju Bandara Internasional Lombok (BIL). Lama penerbangan kurang lebih 2 jam. Di BIL, telah menunggu pak Ronza, penduduk asli dusun Lembah (kalau tidak salah :P), kecamatan Sembalun, yang memang cukup sering menjemput rombongan yang akan mendaki gunung Rinjani dari pos Sembalun. Saat itu, kami bertemu dengan beberapa rombongan pendaki yang juga akan menuju ke Rinjani. Di antaranya adalah mbak Dian, bang Dedi, dan Bedu yang kemudian kami ajak berangkat bareng. Lumayan buat mengurangi beban variable cost.... hehehehe.....

Lama perjalanan BIL - Sembalun kurang lebih empat jam. Dalam perjalanan, kami sempat mampir ke sebuah toko untuk membeli kebutuhan logistik pendakian. Kami juga sempat rehat sebentar di Pelawangan Pusuk (namanya lupaaaaa.... tapi kayaknya sih bener :P) untuk mendinginkan mesin mobil yang memang terus-menerus dipaksa menaiki tanjakan yang cukup terjal selama perjalanan. Pemandangan dari Pelawangan Pusuk cukup menarik. Di sini, kita bisa melihat perkampungan penduduk di kecamatan Sembalun yang diapit oleh benteng-benteng alami perbukitan yang eksotis. Serupa dengan bukit Teletubbies di wilayah Semeru - Bromo.
Pelawangan Pusuk
Kecamatan Sembalun dilihat dari Pelawangan Pusuk
Kami tiba di rumah bang Ronza kira-kira pukul 17.00 (WITA) yang langsung disambut dengan senyuman ramah penghuni rumah, hangatnya teh manis, serta cemilan khas dusun Lembah. Dusun Lembah, dinamakan demikian mungkin karena letaknya yang berada di lembah (ngarang abis..tapi bener lho :P).
Anak-anak bang Ronza
Makan malam
View di dusun Lembah
Hmmm.......
Di sini, kami beristirahat sembari membeli kembali kekurangan logistik dan berdiskusi singkat dengan bang Ronza tentang trek dan logistik yang mungkin diperlukan saat pendakian. Untuk meringankan beban, kami juga menyewa dua orang porter yang juga sekaligus sebagai penunjuk jalan.

Malam itu, kami menginap di sana.

13 Mei 2012
Brrr....... Hawa dingin khas pegunungan langsung menusuk ketika kami bangkit dari peraduan. Setelah sholat Subuh dan mengantri mandi, aku bersama bang Ronza menuju pasar di dusun tetangga untuk membeli sayur mayur untuk menambah stock logistik yang kami miliki. Kangkung, kacang panjang, telur, teri, dll menjadi pelengkap sesajen yang akan kami bawa ke atas gunung. Lumayan, untuk menambah serat supaya pencernaan lancar..hehehehe....



Belanja logistik di pasar yang eksotis
Setelah sarapan, kami pun memulai pendakian kami. Tidak langsung nge-trek. Kami, sekali lagi, menumpang mobil untuk menuju pos jaga Sembalun.
Foto keluarga sebelum nanjak
Kika atas: bang Ronza, adik bang Ronza, istri dan anak bang Ronza, Dian, Siti, Rani, keluarga Ronza
Kika bawah: bang Oz, David, Bedu, Habiby
Kameraman: Dedi, Akbar
Ke toilet: Febri
Berangcuuttt!!!!
View dusun Telaga
Tiket masuk kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani dihargai Rp10.000,00 per orang termasuk asuransi kecelakaan. Proses administrasi pendakian di sini cukup sederhana. Pendaki hanya diharuskan membeli tiket masuk, menulis daftar anggota tim, umur, asal, lama pendakian, dan nomor telepon darurat keluarga yang bisa dihubungi di buku besar registrasi.
Ahhh....mereka foto-foto rupanya saat aku ngurus administrasi....
Kira-kira pukul 09.00 kami mulai mendaki. Trek awal Rinjani berupa padang sabana yang sangat luas. Sangat indah dan menyejukkan mata. Rasanya ini pertama kali aku berjalan-jalan di sabana seluas ini. Hati menjadi tenang seketika. Melupakan semua kepenatan hidup, stress beban kerja, dan kegalauan yang bergelayut di hati (eeeaaaaaa.......). Luar biasa.......ini pemandangan yang dahsyat. Sekali lagi alam mengajarkan kepadaku bahwa manusia itu kecil, kuasa hanya milik ALLAH SWT.




Seteguk Kesegaran 


Percayalah, itu aku... 










Alhamdulillah, saat itu cuaca cerah berawan mendung (???) sehingga kami tidak harus menanggung sengatan matahari yang tentu akan sangat menguras energi. Padahal itulah yang dikhawatirkan bang Ronza, pak Khairul, dan bang Ispil (dua nama terakhir adalah porter kami). Mereka berpesan, "kalau bisa, sebelum jam dua siang kita sudah harus sampai di pos II, karena treknya terbuka dan sangat panas." Alhamdulillah... Mendung itu sesuatu.

Pos I
Berjarak 1-1,5 jam berjalan kaki dari pos jaga Sembalun. Berada di tengah Sabana dan ditandai dengan sebuah bangunan semi permanen yang telah koyak diterjang badai. Di sini, beberapa pendaki berhenti untuk melepas lelah sambil menikmati keindahan sabana Sembalun.

Pos I
View sekitar Pos I
View sekitar Pos I
View sekitar Pos I
Pos II
Berjarak 0,5-1 jam berjalan kaki dari pos I. Berada di samping sebuah jembatan. Di sini terdapat sumber air yang bisa digunakan pendaki untuk minum dan memasak. Kami berhenti di pos ini hanya sebentar untuk mengistirahatkan kaki.


Duh...di antara semua kamera, hanya dua gambar ini yang diambil di pos II...
Sama sekali tidak menggambarkan T_T
Pos III
Berjarak 1-2 jam berjalan kaki dari Pos II. Berada di samping jalur lahar dingin yang juga sekaligus berfungsi sebagai sumber air. Jangan dikira sumber air di sini mengalir layaknya sumber air pada umumnya. Di sini, untuk mendapatkan air, kita harus mengeruk pasir. Tidak perlu terlalu dalam, cukup satu atau dua kali kerukan, air akan segera mengalir. Cukup bersih dan segar. Apabila kesorean, Banyak tim pendaki yang pada akhirnya memilih nge-camp di sini. Di sini kami bertemu dengan rombongan pendaki dari Malaysia yang nampaknya ber-budget tebal. Mereka menyewa hampir semua perlengkapan tim. Mulai dari tenda (kapasitas dua orang) hingga porter yang cukup banyak. Hmmm.... mereka benar-benar tahu cara menikmati hidup di Rinjani.

Pos III dari kejauhan

Jalur lahar dingin
Ngaso doloooo.......
Makan siang... isi energi sebelum nanjak
Contoh "sumber air"
Trek sampai di Pos III belum terlalu terjal. Perjuangan Sesungguhnya di mulai dari pos III. Dari sini, kita akan melewati "Tujuh Bukit Penyesalan".




Tujuh Bukit Penyesalan
Menurutku, nama itu kurang tepat. Rasa-rasanya, lebih cocok kalau tujuh bukit itu dinamakan "Tujuh Bukit Menyebalkan". Karena memang rasanya  benar-benar menyebalkan ketika mendaki bukit-bukit ini. Selain terjal, mereka sangat pintar mempermainkam perasaan pendaki (cieelaaa....). Di saat kita mendaki sebuah bukit dan mengira akan mencapai puncak yang berarti akhir dari penderitaan, ternyata masih ada bukit lain yang harus ditaklukkan. Begitu seterusnya. Apalagi ketika itu, aku melalui jalur ini sendiri, paling belakang, gelap, hujan, dan cidera lutut... alamaakkk... lengkap sudah penderitaanku. Tas Carier 65 liter yang cukup berat menambah panjang daftar penderitaan yang harus aku lewati malam itu.
Tongkat darurat, cidera, dan tujuh Bukit Penyesalan
Pukul 19.00, dan aku masih berada di antah barantah. Semangat masih membara, namun lutut kananku tidak bisa diajak kompromi. Cidera yang ku dapat dari pendakian gunung Gede kurang dari sebulan yang lalu ternyata belum sembuh. Berbekal tongkat darurat yang terbuat dari batang pohon cemara mati yang dibuatkan pak Khairul selepas pos III tadi, aku melanjutkan perjalanan dengan tertatih-tatih. Pukul 19.30, semakin sakit. Aduh....ini baru hari pertama, masih ada tiga hari lagi mendaki Rinjani. Pukul 20.00, semangat terus dipompa. Di depan, dalam gelapnya malam, samar-samar ku lihat seseorang menghampiri. Ternyata pak Khairul. "Sini, by....tasnya saya bawain...," katanya, "wah.... nggak pa pa nih, pak??" jawabku setengah tak percaya, "iya... nggak pa pa," jawabnya kemudian. Ingin rasanya aku berteriak, "pak Khairuuullll.... you are my herooooo!!!!!!!". Untung aku lelaki tulen....wkwkwkwk..... (nggak nyambung...:P)


Di depanku, pak Khairul dengan gagahnya memikul pikulannya ditambah carier 65 literku di punggungya. Widiiihhhh.....

Walau rasa sakit tetap menjalar, hilangnya beban di punggung mempermudah pendakianku. Kurang lebih pukul 21.00 saat aku tiba di Pelawangan Sembalun, lokasi camp pertama kami. Aku menjadi orang paling bontot di tim yang tiba di lokasi camp (kayaknya sih bareng febri, siti, dan Rani). Segera aku mengganti pakaian basah yang ku kenakan dan beristirahat.

Dua tenda berkapasitas masing-masing empat orang untuk bertujuh. Cukup sih sebenarnya. yang jadi masalah adalah kompisisi tim terdiri dari lima orang bujang dan dua orang dayang-dayang. Setelah bermusyawarah singkat, diputuskan seluruh carier dititipkan ke tenda cewek. Masih belum cukup, akhirnya, si Febri didepak ke tenda dayang-dayang. (nggak tega ngatain maho kayak yang di blog bang oz :P).

"Malam itu, langit masih muram. Hujan terus turun, menemani kami melewati malam yang sepi."

14 Mei 2012
Pukul 01.30. Lagu Mengejar Matahari-nya Ari Lasso membuyarkan mimpi indahku. It's time for summit attack. Rencananya pagi itu tim akan dibagi menjadi dua rombongan. Rombongan pertama akan berangkat pukul 02.00 sedangkan rombongan kedua pukul 03.00. Pembagian rombongan berdasarkan kecepatan mendaki. Menurut kabar, untuk mencapai puncak dibutuhkan waktu tiga jam dari Pelawangan Sembalun.

Rencana tinggal rencana. Seluruh tim ternyata ingin berangkat pukul 03.00. Sebagai Kepala Suku (menunjuk diri sendiri :P) yang baik, keinginan rakyat dipenuhi (tentu dengan keyakinan bakalan gagal sunrise :D).

Pukul 03.00. Tim telah bersiap-siap melakukan summit attack. Hanya enam orang, karena Siti memutuskan tidak ikut muncak. Sebenarnya, aku sendiri juga ragu-ragu. Khawatir cidera lututku bertambah parah dan malah akan menjadi masalah nantinya. Namun, setelah ditimbang-timbang, aku tetap ikut muncak. Sayang rasanya jauh-jauh sampai di sini dan tidak mencoba summit attack.

Langit cerah. Bintang-bintang bertaburan. Kami pun mulai berjalan. Jauh di depan kami, terlihat kerlap-kerlip cahaya senter para pendaki yang telah terlebih dahulu melakukan summit attack. Trek yang dilalui cukup terjal. Serupa dengan tanjakan di Mahameru (puncak tertinggi Semeru), trek di sini berpasir. Bedanya, pasir di sini tidak sehalus Mahameru dan cenderung padat di bagian bawahnya.Trek tipe ini sebenarnya akan cukup menyulitkan dan relatif berbahaya jika dilalui pada waktu kering. Kombinasi pasir berbatu dan struktur padat di bagian bawah akan menjadi duet maut yang akan membuat pendaki menjadi mudah tergelincir atau terpeleset. Apalagi di kiri kanan trek telah menunggu jurang-jurang vertikal yang tentu akan menuntut kehati-hatian ekstra. Syukurlah, Rinjani sempat diguyur hujan sehari sebelumnya sehingga trek ini menjadi lebih padat dan mudah dilalui tanpa hambatan berarti.

Pukul 05.00. Langit yang semula cerah mendadak galau. Dewi Anjani mengamuk!!!. Badai. Dari sebelah kiri, angin kencang disertai kabut tebal terus-menerus menghantam. Jarak pandang pun terbatas. Tanpa sadar, bagian kiri jas hujan (yang memang aku sarankan ke teman-teman untuk dipakai saat Summit)  basah akibat banyaknya titik-titik embun yang "mengendap". Bahkan jas hujan Rani koyak di beberapa bagian.Tim terpisah menjadi dua kelompok. Bang Oz, Febri, dan David di depan. Sisanya di belakang.


Menantang badai!!!!
Pukul 06.00.Seharusnya, jam-jam ini lah saat paling seru. Sunrise. Namun, badai terus menghantam. Akibatnya, sunrise tak terlihat. Kami terus mendaki trek yang ternyata sangat panjang itu. Seperti halnya Tujuh Bukit Penyesalan, trek menuju puncak juga menyajikan bukit-bukit menyebalkan yang tidak kalah banyak. Satu bukit dilalui, bukit lain menanti. Adanya badai cukup membantu karena justru aku lebih berkosentrasi terhadap badai dari pada jalur yang ku lalui.

Pukul 07.00. Beberapa kali berjumpa dengan rombongan pendaki yang akhirnya balik kucing karena badai. Yup, mereka tipe orang realistis. Lebih baik turun dan beristirahat dari pada muncak menantang badai berhadiah puncak tanpa pemandangan. Akhirnya, sedikit banyak kami tertular menjadi orang realistis. Badai dan aku cidera. Rombongan belakang memutuskan turun gunung. Mungkin, dengan kecepatan rombongan belakang saat itu, jarak kami dengan puncak masih dua jam lagi.

Saat turun, cidera yang ku alami semakin menjadi. Mungkin karena harus menahan beban tubuh dikali gravitasi sehingga beban yang ditanggung lutut menjadi lebih besar :P. Beberapa kali aku harus berhenti untuk melakukan treatment ringan terhadap lutut. Kira-kira jarum jam menunjukkan pukul 10.00 saat kami sampai di tenda kami.

Pelawangan Sembalun saat badai
Hey...ternyata sunrise sempat muncul di Pelawangan Sembalun!!!

Ajib, gan!!!!
Allahu Akbar!!!
Subhanallah
Siti Rokayah...satu-satunya manusia beruntung di tim.
Menyaksikan sunrise bahkan tanpa perlu bersusah payah ke puncak.
Sambil menunggu rombongan depan turun gunung, aku menyempatkan diri mengobrol dengan pak Khairul dan Ispil sekedar untuk berbasa-basi dan bertanya tentang jalur yang akan kami lalui selanjutnya. Sambil mengobrol, sekali lagi, aku melakukan treatment ringan pada lututku. Tak dinyana, pak Khairul tanpa babibu langsung mengambil alih treatment-ku. Rupanya pak Khairul cukup mahir memijat. Dan sekali lagi, ingin rasanya aku berteriak, "pak Khairuuullll.... you are my herooooo!!!!!!!". Dan Sekali lagi, untung aku lelaki tulen....wkwkwkwk....(nggak nyambung, juga sekali lagi...:P)

Setelah rombongan depan tiba di camp, dengan bangganya mereka bercerita bahwa mereka berhasil sampai puncak di tengah badai. Yang paling seru, kalau tidak mau dikatakan tragis, adalah kisah summit attack si Febri. Dia berhasil sampai di puncak. SENDIRIAAANNNN!!!!!. Tak ada kawan, tak ada lawan, hanya badai yang menemani. Demi membuktikan bahwa dia pernah sampai puncak Anjani, 3.726 mdpl, kamera DSLR bang Oz yang dibawanya dipakai untuk memotret diri sendiri (karena memang tidak ada yang bisa dimintai tolong). Gayanya mirip dengan gaya anak-anak alay yang lagi foto narsis. wkwkwkwkwk........ betapa besar perjuanganmu, nak. Empat jempol buatmu.


Febri
Atas perjuangan Febri ini, Akhirnya kami sepakat untuk menghadiahi Febri untuk setenda lagi bersama dayang-dayang sampai akhir... (selamat eeeaaa kakaaaa.............)

Rupanya saat itu tidak banyak pendaki yang nekat muncak. Mungkin kira-kira hanya dua puluh orang saja. Banyak pendaki yang berhenti di checkpoint yang ditandai dengan sebuah batu besar berwarna merah. Di sana mereka berlindung dari amukan badai yang terus menerjang sembari berharap agar Dewi Anjani ceria kembali. Rupa-rupanya Dewi Anjani tetap galau walau banyak bujang-bujang yang menanti di checkpoint. Bujang-bujang itu pun balik kucing.

Berlindung dari badai di balik batu (checkpoint)
Rencananya, setelah muncak, kami akan langsung turun ke danau Segara Anak yang katanya eksotis itu. Setelah makan siang, kami pun packing. Sial bagi kami, hujan tumpah. Tidak terlalu deras. Danau pun masih tertutup kabut. Rupanya di sana juga sedang badai. Setelah berdiskusi singkat dengan kedua porter kami. Terpaksa perjalanan ditunda menunggu hujan reda. Trek Pelawangan Sembalun - danau Segara Anak cukup terjal. Struktur tanah berbatu yang licin dan mudah longsor saat hujan menjadi alasan utama penundaan kami. Tampaknya beberapa rombongan juga berpikir sama: menunda waktu turun ke danau hingga hujan reda. Namun, ternyata hari itu hujan terus turun. Akhirnya kami bermalam lagi di Pelawangan Sembalun. Rencana B pun disusun. Jika keesokan hari Segara Anak masih badai, kami tetap akan menuju danau namun tidak dengan barang bawaan kami. Seluruh perlengkapan akan kami tinggalkan di Pelawangan Sembalun untuk kemudian turun gunung lewat Sembalun lagi (rencana semula kami akan turun lewat jalur Senaru). Pertimbangannya tentu saja kemudahan dan keamanan anggota tim. Akan terlalu beresiko memaksakan diri membawa seluruh perlengkapan turun ke danau dan kemudian naik lagi menuju Pelawangan Senaru dalam keadaan hujan dan badai di medan yang licin dan rawan longsor. Sekedar informasi, beberapa minggu sebelum kami naik, terjadi longsor di jalur danau - Pelawangan Senaru. Nampaknya, teman-teman sedikit keberatan dengan rencana itu, namun keamanan dan keselamatan tim harus tetap didahulukan.

Untuk membunuh waktu, kami bermain kartu remi yang memang sengaja aku bawa. Bosan bermain, kami pun makan malam dan beristirahat. Perlengkapan yang tadi telah di-packing pun dibongkar kembali.

"Malam itu, langit muram lagi. Rintik hujan terus turun, menemaniku buang air di tebing sambil menikmati dinginnya malam......"
15 Mei 2012
Wah......hari ini cerah!!! Rencana B batal. Kami kembali ke rencana utama. Setelah packing ulang dan sarapan, kami turun ke danau. Tapi tentu saja setelah bernarsis ria di Pelawangan Sembalun dengan latar Segara Anak yang kini tak malu lagi menampakkan dirinya.


Full team dengan background puncak palsu
Badai mulai menyingkir dari Segara Anak
Pagi yang cerah, hati pun riang :P
Foto dengan Tetangga Sebelah



Sarapan sebelum turun ke danau
Foto keluarga sebelum turun ke Segara Anak
Hey...tunggu...siapa mereka??
Ternyata bukan para pendaki saja yang bisa narsis, para porter pun bisa :D
Untuk menuju danau, tebing-tebing dengan trek terjal harus kami lalui. Jurang-jurang vertikal pun tak mau ketinggalan menemani perjalanan. Walau demikian, cerahnya hari membuat hati riang. Dan seperti yang telah digariskan oleh-Nya, selepas badai, langit akan selalu nampak bersih. Kuncup-kuncup segar rumput pun tumbuh. Hijau. Indah.

Pemandangan danau Segara Anak memang luar biasa. Lembah yang menghijau, tebing-tebing terjal nan eksotis, suara air terjun yang menderu, hembusan angin dingin yang menyegarkan, dan warna Segara Anak yang biru kehijauan menjadi pemandangan paling dominan di sana. Luar biasa. Tak perlu berpanjang kata, berikut foto-foto di trek menuju Segara Anak:




















Duet dayang-dayang





Ngaso dulu, gan




Tak cukup sampai di situ, sesampainya di Segara Anak, kita akan disuguhi pemandangan eksotis yang sulit ditemui di tempat lain. Tak heran banyak pendaki yang menyebut gunung Rinjani sebagai gunung paling Eksotis di Indonesia, bahkan di dunia. We must be proud!!.








Damai......
Keren, gan
Di sini, kami beristirahat, menjemur pakaian dan perlengkapan yang basah saat diguyur hujan sehari sebelumnya. Banyak pendaki yang membawa peralatan mancing, begitu juga tim kami. Bang Oz, telah mempersiapkan peralatan pancingnya sejak dari Jakarta. Sekotak kail, senar, dan umpan jagung. Tak menyia-nyiakan kesempatan, bang Oz dan Akbar mencoba peruntungan mereka di sana.


Gayanya boleh nih, gan
Ini nih pemancing yang pake modal :P

Hasilnya? Jangan ditanya. Hanya satu ekor ikan kecil sial yang berhasil mereka dapatkan. Sial?? Ya, kata sial lebih tepat disematkan pada ikan naas itu. Bagaimana tidak? ikan kecil itu berhasil diseret ke daratan bukan karena menyambar umpan, tapi karena kebetulan punggungnya terkait kail saat bang Oz menarik kailnya dari danau. Naas benar nasibmu, kan.

Ikan naas itu
Mancing mania....
Ada banyak spot menarik di danau Segara Anak yang layak dikunjungi: Gunung Baru, pemandian air panas, gua Susu, gua Tengkorak, air terjun, dll. Saat itu, kami hanya mengunjungi air terjun dan pemandian air panas. Walau hanya dua spot, namun kami cukup puas dengan apa yang telah kami lihat. Semoga di waktu yang akan datang aku bisa mengunjungi semua spot yang ada di sana.

Menuju air terjun dan pemandian air panas



Air terjun dan pemandian air panas

Mandi dulu, gan :)

Mempersiapkan makan malam



Narsis gaya alay
Malam tiba. Dayang-dayang memilih berbaring di luar tenda sambil melihat bintang-bintang yang bertaburan dengan indahnya di langit Rinjani. Bang Oz dan Akbar sibuk meng-explore kemampuan kamera masing-masing di kegelapan malam. Sisanya sekedar ber-wiiihhhh dan widiiihhhh: mengagumi hasil karya mereka berdua sambil menikmati cemilan. 

Hasil cipta karya bang Oz
Hasil cipta karya bang Oz
Hasil cipta karya Akbar
Hasil cipta karya Akbar
Tak lupa kami juga berebut menjadi model mereka. sebenarnya sih aku yang paling banyak minta difoto. Niatnya sih membuat tulisan "RINJANI" dengan menggunakan senter berwarna merah. Sayang, hampir semua (kalau tidak mau dibilang semua) gagal total. Ternyata tidak mudah menjadi model profesional :)




gagal, gan :D
Setelah puas menikmati malam, kami pun masuk ke tenda masing-masing dan beristirahat.

"Langit, Cerahlah.... Cerahkan hati yang bersaput kelabu......"

16 Mei 2012
Pagi yang cerah. Hmmm... hari ini adalah hari terakhir ekspedisi kami. Cukup sayang rasanya meninggalkan pemandangan yang sedemikian indah. Setelah sarapan dan packing, kami mulai berjalan melewati jalur Senaru. Seperti halnya Sembalun, jalur Senaru tak kalah indah. dimulai dengan menenteng sepatu melewati sungai yang terlihat tenang namun ternyata menghanyutkan, cukup kuat tenaganya walau belum sampai taraf menyulitkan. Cukup menyenangkan melewati jalur pendakian semacam ini.

Jarang-jarang, gan, naik gunung ngelewatin yang beginian :)
Ini termasuk pekerjaan sia-sia...mau downhill di mana, gan?? wkwkwkwk...
Tapi tetap salut sama usaha mereka :)
Sebelum berekspedisi ke Rinjani, salah seorang kawan yang cukup sering mendaki Rinjani sempat berkata, "Kalau kamu mendaki Rinjani dari Sembalun dan turun di Senaru, kamu akan melihat dua pemandangan yang sama sekali berbeda." Itulah alasan mengapa aku membuat jadwal pendakian Rinjani dengan melewati kedua jalur tersebut. Awalnya aku tidak begitu memperhatikan kalimat tersebut, tapi sungguh, kalimat itu benar adanya. Kedua jalur tersebut memang menyuguhkan pemandangan yang sama sekali berbeda. Keduanya sangat indah. Keindahan berbeda yang saling melengkapi.


View Senaru
View Sembalun
Kereeennnn....
Hasil cipta karya Akbar...
Walaupun dikategorikan turun gunung, sesungguhnya, dari danau, kita harus mendaki terlebih dahulu ke Pelawangan Senaru. Tiga jam adalah waktu yang dibutuhkan untuk menaklukkan trek Pelawangan Senaru. Trek yang dilalui pun tak kalah terjal. Bahkan lebih terjal dari pada trek danau - Pelawangan Sembalun. Jurang-jurang vertikal pun cukup banyak mengiringi perjalanan kami. Trek terberat mungkin layak disandang oleh trek Batu Ceper. Batu Ceper merupakan Trek yang cukup terjal dengan kemiringan antara 50 - 70o. Disebut demikian mungkin karena banyak terdapat batu-batuan cadas besar yang memang cukup rata di beberapa bagian (ceper).  

Foto full team sebelum nanjak lagi

Trek batu ceper
Selepas Batu Ceper, trek relatif landai walau masih terdapat beberapa tanjakan-tanjakan yang cukup terjal. 


Terjal, gan.


Jarum jam menunjukkan angka 13.00 Saat kami tiba di Pelawangan Senaru. Pemandangan danau Segara Anak yang luar biasa segera tersaji. Foto-foto narsis pun tak lupa dilakukan.


Di sini, rupanya ada beberapa penduduk lokal yang cukup kreatif dengan mendirikan kios mini. Jangan bayangkan kios yang mereka dirikan berupa bangunan sebagaimana layaknya kios-kios pada umumnya. Tenda-tenda yang biasa digunakan pendaki lah yang menjadi kios mereka. Minuman bersoda, makanan ringan, sampai minuman keras banyak dijual (kayaknya sasarannya bule-bule nih...). Bahkan salah satu kios juga menyewakan tenda bagi para pendaki yang tidak membawa tenda dari bawah. Harganya tentu menjadi sangat mahal. Satu kaleng minuman bersoda yang biasanya dijual di kisaran harga Rp6.000,00 dijual dengan harga Rp20.000,00 (sayang nggak ada yang ngambil gambarnya...wkwkwk).


Bagai pinang dibelah dua
Agaknya monyet ini tahu falsafah: tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah :P
Karena sangat panas, kami segera melanjutkan perjalanan. Tujuan kami selanjutnya adalah Pos Cemara Tiga yang berjarak 15 menit dari . Sempat bingung dengan penamaan tersebut (karena cemara yang ada di sana lebih dari tiga batang), aku bertanya pada pak Khairul, "nggak tahu...udah sejak dulu namanya seperti itu...," Jawabnya. Di sini, kami beristirahat, sholat, dan makan siang. Tak jauh dari pos, terdapat sumber air yang biasa digunakan para pendaki. Sumber air tersebut rupanya hanya berupa genangan air pada ceruk-ceruk batu. Warnanya agak kekuningan.


Istirahat dan makan siang di pos Cemara Tiga
Setelah kenyang, kami melanjutkan perjalanan. Jarak turun Pelawangan Senaru ke pos Senaru berkisar antara 6-7 jam. Agak berbeda dengan trek di Sembalun, trek di Senaru relatif tertutup. Vegetasi hutan dengan pohon-pohonnya yang cukup tua mendominasi jalur ini. Kerimbunan pohon membuat perjalanan menjadi ringan. Kami tak perlu menanggung panas matahari yang tentu akan sangat menguras tenaga. Tak banyak break yang kami lakukan. Tampaknya godaan kasur empuk dan Gili Trawangan sangat kuat. Bahkan teman-teman menolak saat porter kami menyarankan kami untuk menginap di pos II. Perjalanan kami lanjutkan saat gelap. Beruntung hari itu tidak hujan. Katanya, jika hari hujan, banyak lintah yang berkeliaran di trek yang memang cukup lebat itu.


Gambar-gambar di pos jaga Senaru
Pukul 22.00. Kami tiba di pos Jaga Senaru. Beristirahat sebentar, dengan diantar oleh bang Ronza, kami berkeliling mencari penginapan murah. Syukurlah, kami cukup beruntung. Dua kamar dengan harga masing-masing Rp100.000,00 yang dapat diisi berapa pun personilnya berhasil kami dapatkan. Walaupun sangat ingin sekamar kembali dengan dayang-dayang, kali ini Febri harus rela untuk tidur bersama kami: para bujang lapuk.

17 Mei 2012
Matahari bersinar indah, hari yang cerah menyambut. Kami bersiap-siap melanjutkan ekspedisi kami: Gili Trawangan. Pukul 07.00, dengan menyewa sebuah mobil L300, kami menuju ke Bangsal, sebuah pelabuhan penyeberangan ke Gili Trawangan.




Bangsal telah berbenah. Bangsal yang ini terlihat lebih rapi dan ramai. Berbeda dengan Bangsal yang ku kenal tiga tahun lalu. Tak lama menunggu, perahu yang akan kami tumpangi tiba. Perjalanan ke Gili Trawangan pun dimulai. Laut tenang. Tak banyak ombak yang menerjang. Sejam kemudian, kami telah sampai di Gili Trawangan. Kembali kami menyewa kamar penginapan dengan harga Rp100.000,00 perkamar yang dapat diisi oleh 2-3 orang.








Pukul 14.00. Tentu saja, agenda utama kami hari itu adalah snorkling. Sebenarnya kami agak terlambat, beruntung masih ada orang yang menawari kami paket snorkling. Menurutku cukup murah. Rp800.000,00 untuk tiga spot buat tujuh orang sudah termasuk perlengkapan snorkling dan guide (harga paket snorkling public yang berangkat pukul 10.00 adalah Rp100.000,00 per orang). Saat akan berangkat, ternyata David memutuskan untuk tidak ikut snorkling. Jadilah kami berenam yang ber-snorkling ria.

Ada tiga spot yang kami kunjungi di sekitar Gili Trawangan-Meno-Air (ada tiga Gili di sana). Sebelum menuju spot pertama, kami terlebih dahulu diajak ke sebuah lokasi percobaan. Di sini kami mencoba peralatan masing-masing sebelum dilanjutkan ke tiga spot utama. aku yang tidak bisa berenang ini bertekad untuk mencoba snorkling tanpa menggunakan pelampung. Spot percobaan berhasil ditaklukkan. Ternyata saya bisa mengapung walau awalnya agak ragu. Masalah hanya pada alat snorkle yang ku pakai. Salah satu komponen alat pernapasan ada yang sobek. Akhirnya aku meminta ganti alat pernapasan.





Spot Pertama
Berada di dekat Gili Meno. Dengan percaya diri aku menceburkan diri ke laut. Lima menit pertama dijalani dengan aman sentosa sampai akhirnya ombak datang. Masalah bukan pada ombak, tapi pada alat pernapasan yang sering kemasukan air. Ombak yang cukup besar hanya menambah probabilitas air menembus alat pernapasanku. Panik? Tentu saja. Sebagai orang yang cukup awam ber-snorkling, walau telah beberapa kali melakukannya, aku cukup panik kalau ada air masuk ke alat pernapasanku. Tidak bisa berenang, itu adalah alasan utama. Aku agak sedikit kesulitan bernapas jika tidak menggunakan alat tersebut. Teorinya, jika kemasukan air, kita cukup meniup dengan kencang di alat pernapasan agar air yang ada dapat dikeluarkan. Paham teori bukan berarti bisa melaksanakan. Panik tetap menjadi alternatif tindakan yang paling masuk akal. Air laut banyak tertelan. Kenyang

Spot Kedua
Masih di sekitar Gili Meno. Di sini bisa kita jumpai penyu yang memang bersarang di Gili Meno. Kepercayaan diri telah luntur, tapi tetap saja nekat nyemplung. Ombak sedikit tenang, pemandangan bawah air sedikit banyak bisa dinikmati. Indah. Masalah pada alat pernapasan tetap menjadi halangan untukku berlama-lama dalam air.

Spot Ketiga
Berada di pinggiran Gili Air. Mungkin ini adalah spot terbaik. Ribuan ikan-ikan cantik dapat kita lihat di sini. Ikan-ikan inilah yang menyebabkan guide menyarankan kami untuk membeli roti. Di sini, kita bisa membawa potongan roti di tangan yang kemudian akan segera dikerumuni oleh puluhan ikan-ikan cantik. Seperti sebelumnya, masalah alat pernapasan menyebabkan aku hanya sebentar menikmati pemandangan itu. Kawan-kawan lain yang memang bisa berenang tetap melanjutkan keasyikan snorkling.







"Next time.....aku akan membawa pelampung!!!!!!!!"
Malamnya, kami berpesta. Sedikit boros, tapi tak apalah. Ikan panggang dan ayam goreng menjadi menu utama kami malam itu. Makan sambil bercerita tentang pengalaman hiking ke Rinjani memang menyenangkan. Setelah kenyang, kami berjalan-jalan menikmati kehidupan malam di pinggiran pantai dan dermaga di sekitar Gili Trawangan.

"Laut... Angin... Garam... Ada banyak kisah yang bisa diceritakan"

18 Mei 2012
Setelah gagal menikmati sunrise di puncak Anjani, sunrise di Gili Trawangan agaknya sedikit dapat menghibur. Semburat cahaya oranye begitu indah terlihat mata. Gunung Rinjani nun jauh di sana menjadikan sunrise itu tampak istimewa. Puas menikmati sunrise, kami pun sarapan dan berbenah untuk kembali ke Jakarta.





Setelah membeli oleh-oleh dan mencoba menu ayam Taliwang diantar oleh salah seorang kawan lama di kampus dulu, Ainal Iqram, kami menyudahi petualangan kami di Lombok.


Sayonara
"Gunung selalu mengajarkan banyak hal....tentang Tuhan....tentang kehidupan....tentang persahabatan...."



Ruang Evkin, Lt 4 Gedung Baru BPK RI

68 komentar:

  1. "View di dusun Lembah"
    nice... :))

    tadinya saya mau baca semua, tapi kepanjangan nih, jadi saya kutif ini aja deh.. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, gan..tulisannya aja 14 halaman...wkwkwkwk.....

      maklum, keasyikan nulis sampai lupa mana yang penting dan mana yg nggak...wkwkwkwk...

      btw, thanx udah mampir :)

      Hapus
  2. Subhanallah... Allahuakbar!! kagak berenti gue ngucap liat keindahan sang pencipta ^__^

    enak banget lo bang bisa naek ke gunung rinjani, waahh... gak bisa dibayangin pegimane cidera lutut lo, udeh diurut belom bang? :)

    ampe ngos2an gue bacanye saking panjangnye..hahaha
    tapi gpp, gue seakan2 ada disono ikutan hiking bareng elo bang #ngimpi :p

    gue ijin uplod futu ye bang, yg ada sunrisenye itu Subhanallah.. keren bangeeeeeeettt :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha.....iye mantep banget tuh.....

      cideranya diurut diri sendiri :P

      aku aja yg nulis males bacanya saking panjangnya :D

      silahken diaplod *itu juga foto temenku :D

      Hapus
  3. just 1 word: Mantapss
    3 Word: Subhanallah luar biasa

    BalasHapus
  4. sik by,, dowo bangeeeettt,, durung bar moco iki,, mencoba mencari foto teamku nyempil tapi koq ga nemu,,, eh ternyata kelian nanjak senaru bareng sama bapak2 MTB yaaa,, aku ketemu mereka pas otw nanjak itu,, masi masak2 makan siang,,

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha...maklum...catper 6 hari jadi satu tulisan :D

      hanya orang2 keren yang nampang di kamera kami :P

      bapak2 MTB itu kayaknya g ada kerjaan, masa bawa2 sepeda ke rinjani...ngapaian coba? lha wong g ada trek yg bisa buat sepedaan gitu kecuali di sabana sembalun....

      Hapus
  5. serasa ikut di pendakian ini....salam hormat bro

    BalasHapus
    Balasan
    1. salam hormat juga, bro...thanx udah mampir :)

      Hapus
  6. nice :) ckckckckckckc bikin ngiler

    BalasHapus
  7. luar biasa..

    saya sebagai orang yang berada di Mataram saja belum pernah naik rinjani..well, karena tubuh tidak mampu untuk kondisi extremnya mendaki gunung..

    sebagai masyarakat lokal, saya mengucapkan juga terimaksih atas informasi ini yang disebarkan melalui blog anda.. :)

    BalasHapus
  8. makin ngiler buat ke rinjani-gili trawangan
    lengkap dari gunung ampe "nyemplung" especially di gunungnya

    dulu stapala kah?

    BalasHapus
    Balasan
    1. anu dulu bukan anak stapala kok gan.....cuma penikmat alam biasa aja...hehehehe....

      Hapus
  9. waw..... kereeen, semoga bisa sampai kesana !!

    BalasHapus
  10. waw..... kereeen, semoga bisa sampai kesana !!
    salam rimba !!

    BalasHapus
    Balasan
    1. aamiinn...... keren banget, mbak ... salam lestari :)

      Hapus
  11. Balasan
    1. ane kan cowok...kok dipanggil mbak...hahahaha....

      Hapus
    2. wakakak.. Mbak Habibie. #pukpuk

      Hapus
    3. hus...orang inspektorat dilarang "ngenet" saat jam kerja!!!!

      Hapus
    4. *pasang emot WA monyet tutup mulut
      sopp.... soppp.... soooppp.... kelakuanmu sooopppp..... wkckckk

      Hapus
  12. tulisannya bagus mas .,.,
    rencana agustus saya ksana ,,
    mudah2an bs merasakan apa yg mas coba sampaikan ..
    #kecuali masalah badai ..hehe

    semoga sampai puncak.,

    BalasHapus
    Balasan
    1. thanx, gan....

      semoga sukses sampai puncak dan sampai di rumah lagi dengan selamat :)

      Hapus
  13. pemandangannya indah bgt ya.. subhanallah..

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya...indah bnget...you must try :D

      thanx udah mampir :)

      Hapus
  14. Saya mahu ke rinjani jugak!! boleh tolong saya bagi contact no untuk ke sana?

    BalasHapus
    Balasan
    1. boleh, 085253188171 namanya pak ronza :)

      Hapus
    2. keren gan
      pengen kesana juga libur natal taun baru
      share cost nya dong gan, dari jakarta sampe jakarta lagi

      Hapus
    3. oke, gan:

      transport pesawat PP: 1,4jt...klo dapat promo bisa 800rb PP lho :)

      transport darat lokasl (sewa): 1jt PP, ada juga yg angkutan umum yang jauh lebih murah,,tapi harus mulai berangkat pagi dan pindah2 angkutan

      Porter: 125rb/hari

      Penginapam: 100-150rb

      semoga membantu

      Hapus
  15. keren..semoga saya bisa kesana.

    salam kenal

    BalasHapus
  16. waaahh tulisanny bener2 jelas n bagus serasa ikutan kesna.... hanimun ke semeru udh...smoga bs hanimun sm suami ke rinjani...ammiiiinnn

    BalasHapus
    Balasan
    1. wah....ane juga berencana hanimun ke rinjani, hehehehehe....

      thanx udah mampir n apresiasinya :)

      Hapus
  17. salam Kenal aja Dech Gan
    Di Tunggu Folow Balik Ea
    hehehehehehe

    BalasHapus
  18. Ini ratjun sebenrnya. tapi aku sabar sampai ketemu porter pribadi, biar bisa duaan ke Rinjani :))

    BalasHapus
    Balasan
    1. uhuk..uhuk.... jangan jalan2 mulu makanya...biar ketemu porter pribadinya :P

      Hapus
  19. amazing !! kereeenn !!! ke semeru dulu ya berarti baru ke rinjani :D

    BalasHapus
  20. mantap jaya!!!! btw total butuh brp hari mendaki rinjani ama snorkeling ria di gili... hehehe :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. klo mau bener2 menikmati sih 7 hari hehehe... rinjani 5 hari, lanjut gili 2 hari :)

      Hapus
  21. Salam kenal...saya Sofi dari Tegal...

    Bang Boleh Minta CP bang Ronza?

    Ane dan rombongan InsyaAllah ke Rinjani Tgl 11-17 Agustus 2013

    BalasHapus
  22. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  23. Ajib banget gan.. Rinjani emang eksotis luar bihasa... racun banget deh foto2nya :thumbup

    BalasHapus
    Balasan
    1. iye, bang...ajib luar biasa :)

      you must try :)

      Hapus
  24. bang d tnggu expedisi k Gunung Jayawijaya ^^ ............

    BalasHapus
    Balasan
    1. *aamiinn.........

      bantu pendanaannya dooong :P

      Hapus
  25. walau sempat badai, tapi Rinjani tetep cethar membahana.... heheh....

    BalasHapus
  26. gilaaa gan, doakan ane biar bsa ksana juga..... salam kenal gan

    BalasHapus
    Balasan
    1. aamiin,,,salam kenal, siapapun anda :D

      Hapus
  27. Gan kira" butuh budget brpa ya petualang dr jakarta-lombok??

    BalasHapus
    Balasan
    1. per orang kira2 2 jutaan, bang..udah total,,tapi klo mau pake travel perjalanan bisa lebih mahal..hehe...

      Hapus
  28. gilaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa...
    stres gara2 ngiri saya liat postingan ini,,,
    tapi untung aja saya udah sering ke sembalun sama trawangan, jd gak ngenes amat,,..
    hehe,,,
    kapan ke rinjani Lulu,,
    -_-

    BalasHapus
  29. Haloo salam kenal. Mau tanya dong, bayar guidenya berapa ya perhari? terus kalau 3 hari sampe puncak kira-kira memungkinkan ga ya? Terima kasih :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. salam kenal juga..

      klo guide harganya 125ribu/hari. fasilitasnya: bawa barang, penunjuk barang, masakin, ngambilin air, berdiriin tenda, dll.pokoknya kita tinggal jalan aja deh..

      klo sampe puncak 3 hari bisa, tapi cuma 1 jalur: naik sembalun turun sembalun. g bisa lewat senaru. klo lewat senaru minim 4 hari lah.

      Hapus
  30. walaupun sudah sering ke Rinjani tapi sampai merinding baca catatan ama lihat foto-fotnya yg keren, sayang Bang Habibiy belum bertemu langsung sama Kecantikan Gunung Rinjani yg sebenarnya, Kecantikan pemandangannya akan terlihat Maksimal jika Pendakiannya di waktu musim kemarau. tapi salut sama Pendakian Bang Habiby cs !
    Salam Lestari !

    BalasHapus
  31. Subhanallah, indahnya alam kita ini. Saya belum pernah kesana, tapi saat saya membaca postingan ini, saya bisa merasakan apa yang terjadi disana dengan keindahan-keindahannya.

    BalasHapus
  32. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  33. Comelnya ya,,,, critanya mantap, top, sampe pusing ngabisin critanya, di scrol2 ga abis2, tp suka, kadang berharap smg critanya msh panjang, meski hati ygbaca sdh capek,,,kwkwkwkw,, tp,, satu kata buat blog ini, cukup membuat pengetauhuan tentang wisata indonesia, karna saya ibu2 yg tdk bs kemana2, hanya ngurus baby drumah, salam kenal buat kalian yg ada di crita blog ini,

    BalasHapus