Sabtu, 18 Agustus 2012

Gunung Slamet

"Mission Complete...!!!"

Aheeyyy.... lengkap sudah gunung-gunung Jawa Tengah ditaklukkan. Alhamdulillah, sesuatu banget rasanya :)

Kali ini pendakian ku lakukan bersama para junior dari kampus Jurangmangu. Sialnya, aku menjadi satu-satunya orang non-Batak di tim itu. Statusku di tim itu hanya sebagai penggenap tim. Benar-benar hanya sebagai penggenap. Bagaimana tidak? Mulai dari perlengkapan tim hingga logistik (selain air) aku bergantung pada mereka. Bahkan tas carrier kesayangan pun terpaksa ku serahkan pada junior. Satu-satunya makanan yang ku bawa naik Slamet adalah dua kotak kecil kurma. Yah..... mau gimana lagi, lututku belum sembuh benar pasca dihantam cidera gunung Gede dan Rinjani sebelumnya. Tapi, demi Slamet, aku rela jadi anggota paling cupu di tim....wkwkwkwk.... :P

6 Juli 2012
Seperti biasa, Jumat malam kami mulai berangkat. Karena kehabisan tiket kereta api, kami menumpang bus umum kelas ekonomi untuk menuju kota Purbalingga. Rencananya, kami akan naik melalui jalur Bambangan.

Namanya juga kelas ekonomi, kalian tahu lah bagaimana deritanya sepanjang jalan. Tersiksa.

Di tengah perjalanan,  bus yang kami tumpang sempat mampir di sebuah depot untuk beristirahat. Tak menyia-nyiakan kesempatan, kami pun segera turun untuk memberikan kesempatan bagi paru-paru untuk menghirup udara segar. Sembari beristirahat, kami menyempatkan diri menikmati semangkung sekoteng hangat. Anda tahu sekoteng? Baguslah. Anda tidak tahu? Buka mbah gugel yak :P  

Sekoteng hangat :)

Akibat macet, kami tiba di Purbalingga kira-kira pukul 12 siang. Segera kami melanjutkan perjalanan menuju kawasan Serayu yang berjarak satu jam perjalanan dengan menumpang minibus. Di Serayu, kita harus menyewa mobil penduduk untuk menuju kawasan Bambangan. Maklum, pemerataan pendapatan...wkwkwkwk... 

Ramah tamah dengan tim pendaki lain di basecamp
Kurang dari  satu jam, kita akan tiba di rumah juru kunci Slamet yang juga digunakan sebagai basecamp. Menjadi keumuman di kalangan pendaki untuk meminta izin untuk keselamatan pada juru kunci. Suatu perbuatan yang menjurus ke kemusyrikan. Padahal hal itu tidak disyaratkan oleh sang pemilik rumah. Mereka cuma ingin pendaki mengisi buku tamu, menjaga kebersihan, dan membayar uang tiket retribusi. Sesederhana itu. Izin keselamatan adalah khayalan pendaki dan masyarakat umum belaka.   


Basecamp Slamet di Desa Bambangan
Di basecamp, kami beristirahat sejenak, memesan makanan, dan mengisi kekurangan logistik. Setelah siap, kira-kira pukul 3 sore, kami mulai perjalanan.

Jong Batak
kika: Ikhlas, Dolok, Tutur, Luwat, Jhon.


Medan awal Slamet tidak terlalu berat. Jalur relatif landai dengan vegetasi yang tidak terlalu rapat. Cukup menarik pemandangan yang dapat kita saksikan.






Kira-kira satu jam berjalan, kami sampai di pos I. Pos ini merupakan sumbangan dari Bupati Purbalingga *bukan kampanye :P Bangunan pos I cukup luas, bahkan di dalam dan luar bangunan disediakan tempat duduk memanjang yang cukup untuk 20-50- orang. Sangat representatif untuk beristirahat.




Selepas pos I, trek mulai merimbun. Level tanjakan masih relatif sama dengan sebelumnya. Hijau dan rimbunnya trek membuat pendakian menjadi tidak terlalu melelahkan. Sengatan matahari tidak lagi kami rasakan selain memang hari sudah mulai sore.




Kira-kira satu jam berjalan (sudah lupa, maklum, udah lama...hehehehe..), kami tiba di pos II. Ada areal yang cukup luas di sini, Nampaknya biasa digunakan untuk nge-camp juga kalau kemalaman.



Hari mulai gelap ketika kami tiba di pos III. Di pos ini, kami beristirahat cukup lama. Cukuplah bagi ketua rombongan menghabiskan sebatang rokoknya :D Mulai kedinginan, kami pun melanjutkan perjalanan dalam gelapnya malam. 



Kira-kira pukul 9 malam, kami tiba di pos V. Ketua rombongan memutuskan untuk berhenti dan nge-camp. Setelah makan malam, kami pun segera melelapkan diri karena ketua rombongan berencana mengajak kami summit attack pukul 3 pagi keesokan harinya.

7 Juli 2012
Pukul 3 pagi. Alarm berbunyi, anggota tim lain bangun, memasak, dan bersiap menyambut summit attack. Aku? Duh..... badan pegel-pegel, lanjut rebahan aahhh....wkwkwkwkwk..... kejadian selanjutnya aku kurang paham karena ternyata aku sudah melayang lagi ke alam mimpi. Aku terbangun kembali mungkin pukul 5 pagi. Ternyata anggota lain juga terlelap kembali. Jangan-jangan mereka nungguin aku & nggak enak bangunin gara-gara senior....duh, syukurlah... *loh????? Jadi ngerasa bersalah...wkwkwkwkwk....


Akhirnya, setelah semua anggota tim terbangun (lagi), kami bersiap-siap summit attack (lagi) :P Kira-kira pukul 7 kami mulai nanjak.


Siap-siap summit attack yang kesiangan :P
Pos V

Rupanya ada cukup banyak tim pendaki yang nge-camp di pos V
Selepas pos V, tanjakan mulai terasa berat. Tanjakan yang cukup mantap ditambah debu-debu yang beterbangan membuat pendakian menjadi lebih melelahkan.

Menuju puncak!!


Pos VI


Pos VII
Vegetasi trek dari pos V hingga VII terbilang masih cukup lebat. Hal ini tentu sangat membantu menghemat tenaga para pendaki yang memang sangat dibutuhkan untuk menaklukkan puncak gunung Slamet.


Pos VIII menyajikan pemandangan yang sangat menarik. Bila melihat ke arah bawah, kita dapat menyaksikan awan yang bergulung-gulung. Penampakan gunung kembar Sumbing-Sindoro pun turut meramaikan pemandangan yang ada. Jika melihat ke atas, kita akan disuguhkan pemandangan mengerikan: puncak Slamet. Melihatnya, aku teringat puncak Mahameru dan Merapi. Puncak Slamet boleh dibilang kombinasi keduanya. Tanjakan lurus tajam ala Mahameru dan batu-batuan yang mendominasi trek ala Merapi. Kombinasi ini menyebabkan Jiwa muda menggelegak *halah....


Sindoro-Sumbing yang mengintip malu-malu....
Panas ini menyiksaku :P
Luwat, sang ketua rombongan, dan pos VIII

View pos VIII

Edelweis, sang bunga abadi
Tantangan sesungguhnya gunung Slamet bermula dari pos ini. Tanjakan-tanjakan tajam yang menguras tenaga begitu dominan. Nyaris tidak ditemukan trek bonus. Syukurlah, tanjakan di sini didominasi batu-batuan sehingga pendakian menjadi sedikit lebih mudah.




Ngaso dulu sambil menikmati pemandangan dan panas yang menyengat



Ouch!!!!!!!



Si ganteng :P
Akhirnya, setelah beberapa jam mendaki, kami berhasil tiba di puncak Slamet. Tanah di puncak Slamet berwarna agak kemerahan dan sangat gersang. Nyaris tak ada tumbuhan di sini. Walau demikian, pemandangan yang ada tetap eksotis. Puncak yang sangat luas dengan kawahnya yang juga sangat lebar menjadikan pemandangan puncak Slamet terasa istimewa.

Puncak!!!!
Pose-pose dulu :P

Dirgahayu Indonesia!!!




Arak-arakan awan yang ......... (isi sendiri :P)
Puncak









Kawah Slamet

Berpose di pinggir kawah Slamet
Nampaknya ini alat pendeteksi getaran *sok tahu :P


Setelah puas menikmati puncak, kami pun segera turun gunung. Perjalanan turun cukup cepat. Dari pos V, para jong Batak hanya memerlukan waktu dua jam untuk sampai ke basecamp. Aku, dengan cidera lututku, membutuhkan tambahan waktu satu jam...hehehehehehe...




Kabut menyapa saat turun gunung
Sial bagi kami. Sesampainya di terminal Purbalingga, tiket semua bus jurusan Jakarta ludes terjual. Sialnya lagi, kabarnya jalur utara macet parah akibat longsor yang merusak jalan utama. Akibatnya semua bus beralih melewati jalur selatan yang tentu memutar lebih jauh. 


Ludes!!
Cukup lama kami terlunta-lunta di terminal. Berharap bus tambahan, ketua rombongan dibantu beberapa anggota lain mencoba mengantri tiket lagi. Tak ada hasil. Jalur alternatif pun dipikirkan. Bus jurusan Bandung menjadi pilihan.




Terlunta-lunta :D
8 Juli 2012
Macetnya jalur selatan akibat penumpukan kendaraan dari jalur utara tak dapat dihindarkan. Akibatnya, baru jam 2 siang kami bisa sampai di Jakarta. Bolos kerja menjadi satu-satunya pilihan yang tersedia. Tak apalah, yang penting gunung Jawa Tengah komplit :P

Wajah-wajah bahagia pegawai yang bolos kerja :D

Jawa Tengah, ada banyak kisah di sini.... 
tentang sahabat, 
tentang cinta, 
tentang duka,
tentang mimpi,
tentang kehidupan.

Kebalandono, 1 Syawal 1433 H

Tidak ada komentar:

Posting Komentar