Sabtu, 06 November 2010

Gunung Sindoro

Hampir dua bulan sejak mendaki gunung Merbabu, atau tepatnya tanggal 26-27 Februari 2010, kami mencoba mendaki gunung lain di daerah Jawa Tengah. Awalnya kami berencana mendaki gunung Sumbing. Namun, karena cuaca hujan, di saat-saat terakhir ketua rombongan (Paijo 2) mengalihkan tujuan pendakian menjadi gunung Sindoro

Gunung Sindoro memiliki ketinggian 3.153 mdpl. Dikenal juga dengan gunung kembar Sindoro Sumbing. Bentuk kedua gunung nyaris serupa bila dilihat dari kejauhan. Selain di basecamp, bisa dibilang gunung Sindoro tidak memiliki sumber air sehingga para pendaki harus membawa banyak persediaan air dari bawah agar bisa bertahan sampai ke puncak gunung. Puncak gunung Sindoro memiliki kawah yang telah mati dan telah menjadi danau karena menampung air hujan. Biasanya, para pendaki menggunakan air di puncak gunung ini untuk keperluan masak, minum, dll.

Seperti gunung Merbabu, perjalanan ke gunung Sindoro juga kami lakukan mulai sore hari. Kali ini anggota tim "hanya" berjumlah enam orang. Dari daerah Temanggung, yang juga merupakan kediaman Paijo 2, kami menumpang bus umum yang melewati jalur gunung Sumbing dan Sindoro. Kira-kira 1-2 jam perjalanan, akhirnya kami tiba di kaki gunung Sindoro. Hawa dingin khas pegunungan langsung menyergap begitu kami turun dari bus. Kemudian dengan berjalan kaki kami berjalan menuju basecamp pendakian untuk ber-ishoma dan melapor ke petugas jaga. 

 Foto Bersama di Basecamp Sebelum "Muncak"

Pendakian kami mulai kira-kira pukul 22.00. Sepertinya sudah menjadi takdir gunung-gunung di daerah Jawa Tengah untuk didaki pada malam hari, karena selain memiiki trek yang cukup melelahkan, gunung-gunung di Jawa Tengah relatif terbuka sehingga akan sangat menguras tenaga juka pendakian dilakukan di siang hari.

Dari Basecamp, jalur pendakian mulai menanjak dan melewati kawasan perkebunan penduduk yang cukup luas. Bau khas pupuk kandang nan "wangi" berpadu dengan angin semilir dan dinginnya malam mengiringi perjalanan kami (wkkkk...lebay).  Setelah melewati kawasan perkebunan, jalur pendakian semakin menanjak. Sialnya, tanjakan tersebut seolah tiada berujung. Hampir sepanjang perjalanan kami harus berjuang mengerahkan tenaga ekstra. Berdasarkan informasi yang kami peroleh, jalur pendakian Sindoro memang cukup berat walau tidak seberat gunung Sumbing (hmmm....jadi penasaran).

Gunung Sumbing
(dilihat dari gunung Sindoro)

Satu jam....dua jam...tiga jam.....Sial, tanjakannya memang tidak berakhir.....Subhanallah, ini gunung emang ajib dah tanjakannya.....Seluruh anggota tim pun ngos-ngosan dibuatnya. Jalur pendakian gunung Sindoro, bisa dibilang, nyaris tanpa trek bonus!!!!! Dahsyat!!!!

Alhasil, kualitas dan kuantitas break pun meningkat .....

Foto Saat Break

Akibat tanjakan yang sangat panjang dan melelahkan, kami gagal mencapai puncak di pagi hari saat sunrise. Hawa dingin semakin menusuk, kira-kira 2-3 jam perjalanan sebelum puncak kami berhenti untuk beristirahat, makan, minum, dan sholat subuh. Karena kelelahan, kami tidak sempat  mendirikan dom dan membongkar isi tas, sehingga kami tidur tanpa sleepingbag. Dingin?? So pasti....

Kami beristirahat cukup lama. Bahkan mungkin sangat lama. Menikmati Sunrise pun kami lakukan di tempat ini.

Foto Bersama Anggota Tim
(kika arah pembaca: Aku, Takay, Paijo, Boger, Katir, dan Paijo 2)

Walaupun kami tidak berhasil menikmati sunrise dari puncak Sindoro, dari tempat ini pun kami bisa menikmati sunrise yang tidak kalah indah. Berikut ini foto detik-detik menjelang sunrise:

Versi 1:

Foto 1.1

Foto 1.2

 Foto 1.3

 Versi 2:

 Foto 2.1

Foto 2.2

Foto 2.3

Setelah cukup beristirahat, kami melanjutkan perjalanan menuju puncak. Karena matahari telah terbit, suhu udara menjadi cukup panas walau belum terlalu siang. Mungkin karena posisi kita yang relatif lebih dekat dengan matahari dan tidak ada pepohonan yang menghalangi sinar matahari. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi para pendaki yang mendaki gunung Sindoro selain tanjakannya yang ajib.

Menuju Puncak 1

Menuju Puncak 2

Menuju Puncak 3

Jalur puncak yang sangat terbuka, walaupun sangat panas, memiliki keuntungan tersendiri. Kita menjadi sangat leluasa menikmati pemandangan alam yang ada tanpa penghalang. Contohnya:

Pemandangan 1

Pemandangan 2

Pemandangan 3

 Pemandangan 4

Pemandangan 5

Semakin mendekati puncak, jalur pendakian semakin berat. Setelah berdiskusi singkat, Tim memutuskan untuk meninggalkan barang agar lebih mudah dan cepat mencapai puncak. Paijo 2 pun memutuskan tidak melanjutkan perjalanan dengan alasan sudah pernah mendaki Sindoro dan untuk menjaga barang bawaan kami.



Foto Saat Break n Diskusi (bo'ong banget :P)

Akhirnya, setelah semua barang dilepas, kami melanjutkan perjalanan. Kami hanya membawa perlengkapan dan peralatan penting saja, seperti: 1 buah kompor, 1 buah nesting, jas hujan dan mantel, dan  air minum secukupnya. Pendakian pun menjadi lebih ringan.

Me ^^

Sesaat Sebelum Puncak

Dom Pendaki Gunung Sindoro

Setelah beberapa saat mendaki, akhirnya kami berhasil mencapai puncak. Puncak gunung Sindoro Cukup Eksotis lho....












Pemandangan Puncak






Foto Bareng di Puncak Sindoro

Mendirikan Bivak

 Puncak gunung Sindoro sangat panas. Bahkan saking panasnya, kulit kita bisa kering dan pecah-pecah dibuatnya.

Sarapan Plus Makan Siang di Puncak Sindoro

Ada satu hal yang sangat disayangkan, waktu kami ke sana, puncak gunung Sindoro baru dilanda bencana kebakaran. Sehingga banyak tanaman edelweis dan tanaman khas puncak lainnya habis terbakar


Sisa-sisa Kebakaran


Setelah puas menikmati pemandangan di puncak gunung, kami kembali turun dan pulang ke Jakarta untuk bertemu kembali dengan aktifitas yang menjemukan dan udara yang menyesakkan.

17 komentar:

  1. om kalo naek lgi, ngajak2 dunk...
    mw ikut sya...

    BalasHapus
  2. kekayaan alam yang luarbiasa indahnya

    BalasHapus
  3. yup..tapi atas ane siapa??

    BalasHapus
  4. hahahaha..ngakak baca komen2 dialog-monolog diatas..:hammer:

    BalasHapus
  5. atas ane siapa y??? wkwkwkwk....

    BalasHapus
  6. q anak lereng sindoro aja belum pernah nyampe puncak mas bro!!!haha,,, mlah kbar g mw muntah gunungnya,,, huhmmmmmmm........

    BalasHapus
  7. @asyif: wah rugi masbro....puncaknya keren tuh...

    @anonim: iye bagus....you must try

    BalasHapus
  8. hmmm beda karakter sama gunung salak yo, tapi keren, sayang saya hanya sampai lereng saja :(

    BalasHapus
  9. @puput: lain kali perlu dituntaskan :) thanx udah mampir

    BalasHapus
  10. Indah banget pemandanganx bro....
    Salut untu anda

    BalasHapus
  11. nice picture , jd kepengen ke sindoro lg. dah lama bro aq gk datangi nih gunung. hijau kali sekarang .....? klu dl gersang bro banyak yg jarah hutanya oleh orang yg gk bertanggung jawab. salam hutan gunung rimba.....

    BalasHapus
    Balasan
    1. lumayan sih, bang/mbak anonim...... lumayan panas maksudnya...wkwkwkwk...

      thanx udah mampir :)

      Hapus
  12. Hallo mas... Keren pengalamannya...
    Kebetulan nanti sore sy n teman rencana mau muncak Sindoro...

    BtW masnya alumni STAN ya?


    Mampir jg d blog saya yaa

    ardiyantaa.blogspot.com

    BalasHapus
    Balasan
    1. thanx udah mampir, iyo saya alumni STAN :)

      oke, kunjungan balik meluncur :)

      Hapus