Sabtu, 09 Maret 2013

Laut Toba dan Gunung Samosir

"Toba, danau yang seperti laut
Samosir, ya, sepertinya itu memang gunung"


Awal Desember 2012 lalu saya bersama seorang kawan berkesempatan mengunjungi danau Toba, salah satu tempat wisata kebanggaan warga Sumatera Utara dan tentu saja Indonesia. Dengan panjang mencapai 100 km dan lebar 30 km, menempatkan danau Toba sebagai danau paling luas di Indonesia, bahkan se-Asia Tenggara. Saatnya bilang WOW!!!

Entah apa namanya, yang jelas ini spot yang bagus untuk berfoto

Kapal penyeberangan ke Samosir
Dari kota Medan, perjalanan menuju danau Toba memakan waktu kurang lebih 6-8 jam. Ada banyak perusahaan travel yang melayanai rute Medan-Parapat (sebuah wilayah yang umum digunakan wisatawan dan warga lokal untuk menyeberang ke pulau Samosir). Harga bisa bervariasi, mulai Rp60.000,00 s.d Rp80.000,00, tergantung jenis kendaraan yang akan kita gunakan. Dari Parapat, ada banyak kapal kayu yang biasa beroperasi mengangkut penumpang dan barang menuju pulau Samosir. Pemandangan selama perjalanan terasa sayang bila dilewatkan begitu saja. Ada banyak hal menarik yang dapat kita saksikan, seperti ulah nakal monyet-monyet liar di pinggir jalan, hamparan sawah yang sedang menghijau, pohon-pohon sawit di perkebunan yang rapi berjejer, dan tak ketinggalan udara segar dan bersih yang dapat dengan bebas kita hirup.


Jangan lewatkan juga kesempatan menyaksikan kelihaian anak-anak Parapat dalam memburu koin yang sengaja dilemparkan wisatawan ke dalam danau.

Pemburu koin di Parapat

Kami mulai berangkat dari kota Medan kira-kira pukul 09.00 WIB. Sedikit terlambat, seharusnya bisa lebih pagi lagi. Kira-kira menjelang waktu Ashar, kami tiba di Parapat. Dari sini, telah terlihat betapa luasnya danau Toba dan kapal-kapal kayu yang ditambatkan di dermaga. Semula, saya membayangkan danau Toba kira-kira hanya seluas danau Ranu Kumbolo, atau kasih bonus lah, tiga kali lipat luas Ranu Kumbolo. Setibanya di Parapat dan menyiksakan sendiri luas danau Toba, saya masih tidak terlalu syock. Hmm... lebih luas sih, mungkin sepuluh kali Ranu Kumbolo, tapi masih dapat dilihat ujungnya, ada tebing pembatas danau di kiri dan kanan (Parapat) danau. Sampai di sini saya masih bilang, danau Toba biasa aja, tidak terlalu luas. Pun demikian dengan pulau Samosir. Dalam bayanganku, Samosir hanyalah sebuah pulau kecil seperti pulau-pulau yang ada di Kepulauan Seribu atau trio Gili Trawangan. 

Si kenek tahu aja mau difoto :D
Entah apa ini
Mencari penghidupan
Tibalah saat kami harus menyeberang dengan menggunakan kapal kayu yang sudah hampir penuh dengan wisatawan, baik lokal maupun mancanegara, itu. Bertanyalah saya kepada kenek kapal, "bang, perjalanan ke pulau Samosir berapa lama?" "setengah jam," jawabnya singkat. Loh kok cepet banget? Saya pun meneruskan bertanya, "pulaunya yang mana, bang?" "itu pulaunya," katanya sambil menunjuk tebing di sebelah kiri. Saya dibuat terpana, ternyata tebing pembatas di kiri danau yang semula saya kira sebagai ujung/batas akhir danau adalah sebuah pulau. WOW!!. Ujung danau bukan di sana!!! Hal itu sekaligus mematahkan asumsi kedua tentang luas pulau Samosir. Menakjubkan.


Tepi pulau Samosir

Di Samosir, kita tidak perlu bimgung mencari tempat penginapan dan alat transportasi. Fasilitas yang disediakan cukup memadai. Ada cukup banyak penginapan yang dapat kita pilih dengan harga yang bervariasi yang dapat disesuaikan dengan kondisi kantong. Urusan transportasi pun gampang. Ada cukup banyak persewaan sepeda, motor, mobil, bahkan speedboat yang cukup murah.  


Salah satu homestay di Samosir
Mungkin, satu-satunya hal yang perlu dikhawatirkan, terutama bagi wisatawan yang beragama Islam, adalah repotnya mencari makanan halal. Saya tidak akan bilang sulit, namun kita harus selektif dalam memilih rumah makan. Bila tidak membawa bekal sendiri, carilah rumah makan yang memasang label halal. Tidak terlalu banyak, tapi ada :) 

Pun demikian dengan tempat sholat, selama berada di sana saya tidak menjumpai adanya masjid atau sekedar musholla. Jadi bawalah peralatan sholat sendiri. 

Ku kira ini Gapura, ternyata kuburan :D

Gerbang masuk perkampungan warga
Ada cukup banyak lokasi menarik di pulau Samosir, mulai dari wisata budaya hingga wisata alam. Sayangnya, kami tidak punya banyak waktu di sana sehingga hanya ada satu lokasi yang bisa kami kunjungi, Kursi Batu Siallagan.

Tugu Raja
Di sini, kita dapat melihat situs sejarah berupa Tugu Raja, tempat tinggal Raja beserta keluarga besarnya, dan tentu saja yang paling terkenal adalah Kursi Persidangan atau populer juga dengan nama Kursi Batu Siallagan. Beruntung, kami bertemu dengan salah satu pengelola situs tersebut yang juga menyediakan jasa guide dan cerita tentang sejarah situs tersebut. Katanya, konon kabarnya kursi batu tersebut adalah kursi yang digunakan oleh Raja Siallagan untuk menyidangkan kasus-kasus kejahatan yang terjadi di kerajaannya.

Kursi "Persidangan" Batu Siallagan
Selain Kursi Persidangan, di lokasi yang sama juga terdapat kusi batu serupa yang digunakan sebagai tempat eksekusi setelah sebelumnya disidangkan di Kursi Persidangan.

Lokasi Eksekusi
Pencerita yang ternyata juga masih keturunan raja
Pose saat eksekusi
Juve!!
Terbatasnya waktu, memaksa kami untuk mencukupkan diri dengan hanya mengunjungi satu lokasi itu. Kurang puas memang. Mungkin lain waktu jika ada kesempatan kami bisa berkunjung lagi ke sini. Tentu saja, dengan alokasi waktu yang lebih memadai.

Muda-mudi Batak in Action
Sesama Batak harus nyumbang :D

Referensi: http://id.wikipedia.org/wiki/Danau_Toba

My Room, Kayu Manis

3 komentar:

  1. Bie,

    keren cui.. aku kemarin juga dari sana.. tapi aku lewat tonggingnya gak gak sampe nyebrang ke samosir..

    Emang luar biasa..

    BalasHapus
  2. kren bangat,,, suatu saat pasti kesana,, main yukkkkkkpastik asyik,,,,

    BalasHapus