Sabtu, 11 Juni 2011

Mahameru, antara Harapan dan keputusasaan

"Mahameru.....atap pulau jawa.....puncak para dewa"


Begitulah para pecinta gunung menyebutnya. Bagi pecinta gunung, belum lengkap rasanya bila belum mendaki puncak gunung yang satu ini. Dengan ketinggian mencapai 3.676 menempatkan Mahameru sebagai puncak gunung tertinggi di pulau Jawa.

Foto @Jambangan, 15 menit sebelum Kalimati


---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Sekilas tentang Semeru:

Gunung Semeru atau Sumeru adalah gunung berapi tertinggi di Pulau Jawa, dengan puncaknya Mahameru, 3.676 meter dari permukaan laut (mdpl). Kawah di puncak Gunung Semeru dikenal dengan nama Jonggring Saloka. Semeru mempunyai kawasan hutan Dipterokarp Bukithutan Dipterokarp Atashutan Montane, dan Hutan Ericaceous atau hutan gunung. Posisi gunung ini terletak di antara wilayah administrasi Kabupaten Malang dan Lumajang, dengan posisi geografis antara 8°06' LS dan 120°55' BT. Pada tahun 1913 dan 1946 Kawah Jonggring Saloka memiliki kubah dengan ketinggian 3.744,8 M hingga akhir November 1973. Disebelah selatan, kubah ini mendobrak tepi kawah menyebabkan aliran lava mengarah ke sisi selatan meliputi daerah Pronojiwo dan Candipuro di Lumajang. Gunung ini masuk dalam kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Taman Nasional ini terdiri dari pegunungan dan lembah seluas 50.273,3 Hektar. Terdapat beberapa gunung di dalam Kaldera Gn.Tengger antara lain; Gn.Bromo (2.392m) Gn. Batok (2.470m) Gn.Kursi (2,581m) Gn.Watangan (2.662m) Gn.Widodaren (2.650m). Terdapat empat buah danau (ranu): Ranu Pani, Ranu Regulo, Ranu Kumbolo, Ranu Darungan. Flora yang berada di Wilayah Gunung Semeru beraneka ragam jenisnya tetapi banyak didominir oleh pohon cemara, akasia, pinus, dan jenis Jamuju. Sedangkan untuk tumbuhan bawah didominir oleh Kirinyuhalang-alangtembelekanharendong dan Edelwiss putih, Edelwiss yang banyak terdapat di lereng-lereng menuju Puncak Semeru. Dan juga ditemukan beberapa jenis anggrek endemik yang hidup di sekitar Semeru Selatan. Banyak fauna yang menghuni gunung Semeru antara lain : Macan KumbangBudengLuwakKijangKancil, dll. Sedangkan di Ranu Kumbolo terdapat Belibis yang masih hidup liar.
Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Semeru
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Perjalanan ke gunung Semeru kami lakukan selama empat hari, yaitu dari tanggal 2 s.d. 5 Juni 2011 (belum termasuk perjalanan dari Jakarta-Surabaya PP). Sebenarnya tidak harus selama itu. Perjalanan dapat disingkat hanya dalam 3 hari, bahkan bisa 2 hari jika kekuatan fisik mumpuni. Tapi tentu saja, jika kita melakukan perjalanan kurang dari 4 hari, kita tidak akan bisa menikmati keindahan gunung Semeru.

Penaklukkan Mahameru telah cukup lama kami rencanakan, yaitu sejak tahun 2010. Sehingga, begitu rencana tentang penaklukkan Mahameru aku posting di Facebook dan blog ini cukup banyak kawan-kawan yang berminat.  Sayangnya, beberapa kawan masih harus melakukan pekerjaannya sehingga yang jadi peserta fix hanya 5, yaitu aku, Takay, Fadil, Boger, dan Mashari. Aku, Takay, dan Fadil sekantor, sedangkan Boger bekerja di instansi pemerintah lain di Jakarta dan Mashari bekerja di salah satu LSM di Surabaya.

Namun, seiring berjalan waktu, banyak juga kawan-kawan lain, yang walau kami tidak saling kenal, berencana membuat perjalanan bareng kami. Totalnya kalau tidak salah hampir 20 orang. Cukup banyak. Sayangnya (lagi), jadwal tiba kami di Malang agak terlambat sehingga kawan-kawan lain itu terpaksa melakukan perjalanan terlebih dahulu.


1 Juni 2011
Sepulang kerja, aku, Takay, dan Fadil berangkat bareng dari kantor. Awalnya kami berencana menyewa taksi, namun karena kondisi jalan macet kami terpaksa menyewa ojek biar lebih cepat. Kira-kira pukul 17.45 kami tiba di stasiun Senen. Di sana telah menunggu Boger yang telah tiba terlebih dahulu karena lokasi kantornya yang relatif dekat sengan stasiun. Pukul 18.30an kereta api Gumarang kelas bisnis yang kami tumpangi mulai bergerak meninggalkan Ibu Kota yang penuh sesak menuju kota penuh sesak lainnya, Surabaya. 

2 Juni 2011
Pukul 08.00an kami tiba di stasiun Turi Surabaya. Terlambat 1 jam dari jadwal yang seharusnya. Di sana kami sarapan dan bersih-bersih sebelum menuju terminal bus Bungurasih. Di terminal Bungurasih telah menunggu Mashari yang dengan sangat sabar menunggu kami hingga 1,5 jam ^^v. Dari terminal Bungurasih, kami menumpang Patas AC jurusan Malang. Lama perjalanan kira-kira 2 jaman dengan ongkos Rp15.000,00 per orang. Kami tiba di terminal Arjosari kira-kira pukul 13.00. Di sana telah menunggu adik perempuanku yang aku beri "tugas" untuk membeli sayur-mayur dan semua bahan konsumsi selama hiking. Beberapa tim pendaki lebih memilih membeli bahan di Tumpang atau membawa langsung dari tempat masing-masing. 

Dari Arjosari, kami menumpang angkot putih jurusan Tumpang. Perjalanan ditempuh selama kurang lebih 2 jam dengan ongkos Rp7.000,00 per orang. Sesampainya di Tumpang, telah banyak tim pendaki lain yang berkumpul. Dari Tumpang kami menyewa sebuah Hartop/Jeep untuk menuju Ranu Pani yang ternyata harganya cukup mahal, Rp450.000,00. Untuk meringankan ongkos sewa, kami mengajak tim pendaki lain yang berjumlah 4 orang untuk bergabung dengan kami. Ternyata tim pendaki itu juga berasal dari Jakarta yang juga baru pertama kali mendaki gunung Semeru seperti kami.

Berpose di depan Hartop yang kami sewa

Waktu tempuh Tumpang-Ranu Pani kira-kira 2 jaman. Pemandangan selama perjalanan sangat menarik karena kita akan melewati kawasan bromo dari arah yang berlawanan dengan Pananjakan. dari sini kita bisa melihat Bukit Teletubbies dan Padang Pasir Berbisik. Namanya terbilang unik bahkan cenderung aneh. Disebut Bukit Teletubbies mungkin karena bentuk bukit dan rerumputannya mirip dengan yang ada di film anak-anak Teletubbies yang dulu sempat populer. Sedangkan nama Pasir Berbisik aku tidak tahu dari mana asal-muasalnya ^^ (info terakhir yang aku dapat dari teman, katanya diberi nama demikian karena sempat digunakan oleh "sohibnya", Dian Sastro, untuk membuat film Pasir Berbisik).

Bukit Teletubbies

Padang Pasir Berbisik

Kira-kira Pukul 16.00 kami tiba di Pos Ranu Pani, di sini kami segera melakukan registrasi pendakian karena jika mendaftar terlalu malam kita akan ditahan di pos ini untuk melakukan pendakian di hari berikutnya.
  
Desa Ranu Pani dari kejauhan

Ranu Pani

Pos Ranu Pani

Setelah mendaftar, kami kemudian makan malam di sebuah warung yang ada di sana tak lupa membeli nasi bungkusan untuk makan yang lebih malam lagi...hehehehehe...

Setelah semua siap, kami berdoa bersama, meneriakkan yel-yel untuk mendukung fadil menggapai cintanya, dan memulai perjalanan ke Ranu Kumbolo...wkwkwkwkwkwk....... Kalau tidak salah ingat, saat itu jarum jam menunjukkan angka 17.30an. Sekitar 15 menit berjalan kami bertemu dengan rombongan lain yang ternyata juga dari Jakarta. Tampaknya rombongan besar, berjumlah sekitar 40an orang. Mereka juga menyewa satu orang guide. Karena tidak paham medan akhirnya kami "nebeng" mereka selama 15 menit. Cuma segitu karena ternyata mereka membawa cewek-cewek yang nampaknya jarang naik gunung. Baru 5 menitan nebeng mereka, salah satu peserta cewek mereka sudah muntah-muntah. Karena khawatir kemalaman, kami nekat berjalan terlebih dahulu meninggalkan mereka. Beberapa waktu kemudian akhirnya aku paham mengapa para pendaki dilarang mendaki Semeru di malam hari. Sepanjang perjalanan kita akan melewati jurang yang dalam, ditambah jalan setapak yang relatif sempit yang hanya bisa dilewati 1 orang dengan aman. Belum lagi jalan-jalan berlubang, pohon tumbang, dan cuaca yang kadang hujan yang akan semakin menyulitkan perjalanan di malam hari.

Satu jam berjalan dan hujan pun tumpah, segera kami mengenakan jas hujan yang memang telah kami persiapkan. Di Pos 3 kami bertemu dengan rombongan lain yang ternyata di antara mereka ada kawan-kawanku, sebagian teman kuliah sebagian yang lain kawan waktu mendaki gunung Merbabu (guide). Hmm...dunia memang sempit.

Kampung Pendaki di Ranu Kumbolo

Kami tiba di Ranu Kumbolo kira-kira pukul 21.30. Dingin karena hujan, angin, dan suhu yang memang dingin membuat kami segera mendirikan dome. Akibat terburu-buru, dome yang kami dirikan kurang seimbang. Tak apalah, yang penting berdiri aman ^^. Setelah dome berdiri dan semua perlengkapan masuk dome, kami segera memulai ritual syukuran pendirian tenda pertama yang memang selalu ku lakukan saat mendaki: memasak..hahahahahaha..lebay :P. Setelah masak, makan, dan sholat kami pun segera tidur untuk mengusir lelah dan mempersiapkan fisik untuk hari-hari berikutnya.



3 Juni 2011
Kami bangun kira-kira pukul 04.30. Karena tidak ada yang berani wudlu di suhu sedingin itu, kami bertayamum saja :D. Setelah sholat subuh 2 kloter kami bersiap-siap menyambut sunrise di Ranu Kumbolo yang katanya luar biasa indah... jreng.. jreng.. kamera DSLR disiapkan dengan cadangan 1 buah kamera digital.   Pintu dome dibuka... kreeekkk.. angin dingin berhembus masuk ke dalam tenda.... kaki melangkah keluar dome dengan mantap... mata pun dibuka lebar... daaaaannnnnn... Subhanallah..... luar biasa: KABUUUTTTTTTTTTT!!!!!...TIDAAAAKKKKKK!!!!!!!

Kabut Tebal di Ranu Kumbolo

Apes hari itu, karena ternyata kabut tebal tidak segera menyingkir hingga hari terang. Tapi tak apa, kami masih punya jadwal menginap di Ranu Kumbolo 2 hari lagi ^^.



Kata siapa anak gunung jorok?? Tidak semua anak gunung jorok. Banyak anak gunung yang masih memperhatikan kebersihan diri ketika mendaki. Sayangnya seringkali kebersihan itu hanya untuk diri, tidak untuk lingkungan. 




Setelah puas berkeliling ke sana ke mari dan berfoto di sana-sini, kami pun memasak. Menu hari itu adalah nasi, sayur pecel, tempe "mbus" gimbal, jahe dan kopi hangat. Hmm... enak nian... (enak nggak enak...ini  di gunung!!! :P )

Sarapan di Ranu Kumbolo



Ranu Kumbolo Setelah Kabut Menyingkir

Setelah sarapan, kami mulai packing untuk melanjutkan perjalanan. Kali ini tujuan kami adalah Kalimati. Waktu tempuh Ranu Kumbolo - Kalimati adalah 3-4 jam berjalan kaki.




Packing...!!!

Setelah semua perlengkapan masuk carier, kembali kami berdoa bersama, meneriakkan yel-yel pemberi semangat Fadil untuk meraih cintanya (sebentar lagi akan melalui tanjakan cinta ^^), dan berfoto bersama ^^.

Foto Bersama Tim Dewa

Pemandangan di rute Ranu Kumbolo - Kalimati sangat indah. Kita akan melewati Tanjakan Cinta yang berada persis di belakang Ranu Kumbolo. Konon katanya, orang-orang yang sedang jatuh cinta akan langgeng cintanya jika melewati tanjakan cinta tanpa berhenti. Beberapa kawan (bukan timku) ada yang melakukannya.... hahahaha... benar-benar menghayati kisah Tanjakan Cinta rupanya.


Tanjakan Cinta

Tanjakan Cinta tidak terlalu terjal, yang membuat tanjakan ini menjadi berat adalah kita melaluinya setelah sebelumnya bersenang-senang di Ranu Kumbolo yang indah itu ^^.

Ranu Kumbolo Diambil dari atas Tanjakan Cinta

Selepas Tanjakan Cinta, kita akan melalui Oro-oro Ombo. Oro-oro Ombo sangat luas (ombo dalam bahasa Jawa). Terdiri dari padang pasir yang sangat luas yang ditumbuhi ilalang dan juga ditumbuhi bunga-bunga berwarna ungu yang indah menjadikan Oro-oro Ombo sebagai salah satu spot yang wajib dikunjungi para pendaki Semeru.






Oro-oro Ombo

Oro-oro Ombo dikelilingi oleh bukit-bukit kecil dan dibatasi Cemoro Kandang. Disebut Cemoro Kandang karena di sana memang cukup banyak pohon cemara yang berkumpul.

Istirahat di Cemoro Kandang

Selepas Cemoro Kandang, kita akan masuk wilayah Jambangan. Dari sini puncak Mahameru terlihat jelas. Bila beruntung kita dapat menyaksikan wedus gembel keluar dari kawah Mahameru (Jonggring Saloka). Di sini kami beristirahat sejenak sambil  berfoto narsis dikit..hehehehehe..

Demi menyaksikan kegagahan Mahameru, tim kami mulai menyangsikan kemampuan sendiri untuk menaklukkannya. Bagaimana tidak?? Tanjakan curam lurus berpasir terlihat jelas dari kawasan Jambangan. Jenis tanjakan yang belum pernah ku lihat sebelumnya. Ada yang mirip sebenarnya, Tanjakan Linggasana-Linggarjati-nya gunung Ceremai. Namun tingkat kecuraman, medan, dan keamanan jelas jauh berbeda. Hal ini tentu akan membuat para pendaki keder atau mungkin malah bersemangat untuk menaklukkannya. 


Istirahat di Jambangan

Kertas berisi tulisan pesan yang ditulis oleh tim advance untuk tim mereka yang lain

Beberapa puluh menit setelah jambangan, kita akan memasuki kawasan Kalimati. Sama seperti Oro-oro Ombo, Kalimati juga berupa lautan pasir. Bedanya tanaman di kalimati berupa rumput-rumput kecil, edelweis yang merimbun di sana-sini, bunga-bunga kuning yang cantik, cemara, dan lainnya. Sesampainya di Kalimati, kami segera mendirikan dome. Saat itu, kami membagi tugas: aku dan Mashari memasak sedangkan sisanya mendirikan dome. Menu kali ini: nasi, tumis sayur, minuman hangat...dan sekali lagi...enak nggak enak, ini gunung!!!!   


Setelah makan, aku, Takay, dan Fadil menuju Sumbermani untuk mengambil air persediaan. Cukup jauh, 45 menit pergi pulang, sempat tersasar dua kali pula. Dalam perjalanan ke Sumbermani, tiba-tiba Jonggring Saloko beraksi, wedus gembel pun keluar...tak menyia-nyiakan kesempatan, kamera digital pun diambil ^^. 

Wedus Gembel Mahameru

Sumber Air di Sumbermani

Tampaknya Sumbermani adalah satu-satunya sumber air di kawasan ini. Banyak pendaki yang mengambil air persediaan dari sini. Kualitas air Sumbermani jauh lebih baik bila dibandingkan dengan Ranukumbolo. Air dari Sumbermani dapat diminum langsung dari sumbernya, sedangkan di Ranukumbolo bahkan setelah dimasak pun akan terasa gatal di tenggorokan bila diminum tanpa campuran.


Malam hari di Kalimati kami habiskan dengan tidur. Kami harus tidur cepat malam itu karena harus bangun cepat juga. Kami bangun pukul 22.00. Segera kami memasak mie instan biar cepat matang dan mempersiapkan peralatan untuk summit attack. Menurut kabar burung yang beredar, Summit Attack dapat berlangsung hingga 8 jam dengan rincian Kalimati-Arcopodo 4 jam dan Arcopodo-Mahameru 4 jam. Hal ini membuat hampir seluruh pendaki di Kalimati sibuk malam itu, mulai dari memasak, makan, dan mempersiapkan peralatan dan bekal muncak.

Jarum jam menunjukkan pukul 23.00 ketika kami selesai makan dan menyiapkan peralatan dan bekal muncak malam itu. Setiap orang di tim kami menggunakan: 
  • pakaian rangkap, 
  • jaket tebal plus rain coat untuk memerangkap panas tubuh (kabarnya lagi, puncak Mahameru dapat mencapai 0oC),
  • headlamp/senter,
  • sepatu gunung baru (wkwkwkwk), 
  • sarung tangan, 
  • masker/slayer, 
  • google (jaga-jaga pasir terbang ^^),
  • satu botol besar air sumbermani yang diikat menyilang di badan, dll,
  • sebagai tambahan aku dan takay membawa minuman panas yang disimpan dalam termos kecil. 


Pesiapan Summit Attack

Setelah semua persiapan beres, kami segera mengikuti "parade" Summit Attack. Ada ratusan pendaki yang melakukan Summit Attack malam itu. Sangat menyenangkan bisa ikut parade malam itu ^^. Susul-menyusul tim pendaki menjadi hal biasa malam itu karena semua sangat bersemangat menaklukkan Mahameru. Cowok cewek sama bersemangatnya. 

4 Juni 2011
Memasuki kawasan Arcopodo, trek mulai menanjak curam. Kawasan Arcopodo berupa tanjakan curam yang banyak ditumbuhi pohon cemara. Pukul 24.00 atau 1 jam perjalanan tim kami sudah sampai di Arcopodo. Wow....3 jam lebih cepat dari kabar burung!! Kami sangat sakti?? Tentu tidak, kabar burung itu saja yang terlalu melebih-lebihkan lama perjalanan yang membuat hampir semua pendaki malam itu "kepagian" muncak..wkwkwkwk... Sadar kepagian, beberapa tim pendaki mulai memperlambat ritme perjalanan untuk menjaga suhu tubuh agar tetap hangat dan tidak terlalu pagi sampai di puncak. Awalnya tim kami juga berniat melakukan hal sama, berlama-lama di Arcopodo. Namun, beberapa saat duduk-duduk di Arcopodo suhu tubuh mulai menurun. Segera kami melanjutkan perjalanan ke puncak. 30an menit kemudian kami sampai di batas akhir Arcopodo-Mahameru.

Batas Arcopodo-Mahameru

Benar saja, seperti yang telah kami duga sewaktu di Jambangan, tanjakannya luar biasa sulit. Bahkan ada pendaki yang menyebutnya tanjakan musyrikin, tanjakan tak terampuni...wkwkwkwkwk...

Setiap ayunan langkah benar-benar menguras energi dan emosi. Sebelum ke Semeru, beberapa kawan yang pernah ke sini mengatakan kepadaku bahwa di tanjakan Mahameru mengerikan, setiap 3 langkah berjalan maka akan turun 1 langkah. Awalnya aku tidak percaya bahkan menganggap mereka berlebihan dalam menceritakan hal itu. Namun, setelah menyaksikan dan mengalami sendiri pendakian Mahameru, aku menarik kata-kataku itu...hahahahaha...bahkan rasa-rasanya kurang kalau disebut 3 langkah turun 1 langkah. Beberapa kali aku dan kawan-kawan setim melangkah berkali-kali namun tetap berada di tempat yang sama..hahahaha...parah banget pokoknya. sulit dilukiskan dengan kata-kata jenis tanjakan seperti itu, harus dirasakan sendiri..... YOU MUST TRY IT!!!!

Setiap orang tentu akan memiliki kisah "perjuangan" masing-masing dalam penaklukkan Mahameru. Berikut akan aku kisahkan pengalaman "lebay" Summit Attackku selepas Arcopodo ^^:

Selepas Arcopodo, dengan sisa-sisa energi dan semangat yang masih membara (cielaaaa :P) aku mengayunkan langkah setapak demi setapak dengan pasti. 1 jam pertama adalah saat yang sangat menyiksa. Langkah berat di tanjakan berpasir, malam gelap gulita, jurang yang tampak dalam dan menghitam di kanan-kiri tanjakan membuat adrenalin dan jantungku berpacu cepat. Debu beterbangan memaksaku merapatkan masker yang ku kenakan. Nafas semakin memburu. Bahkan tarikan nafasku saat itu adalah tarikan nafas tercepatku dalam sejarah pendakianku. Botol air pun mulai dibuka. Dingin, sedingin air es. Setiap 10 menit berjalan aku akan berhenti sejenak kira-kira 30 detik untuk menenangkan nafas, jantung, dan otot kaki yang serasa terbakar. Tanjakan belum menunjukkkan tanda-tanda berhenti, puncak pun belum terlihat. Hanya dinding pasir tinggi yang menjulang di hadapanku. Ku lihat rekan setimku di belakang, terlihat.

1 jam kedua adalah saat yang sangat sangat menyiksa. Nafas semakin tidak karuan. Angin semakin kencang dan suhu semakin dingin. Berlapis-lapis pakaian yang dikenakan pun tak sanggup menahan hawa dingin yang menusuk. Bahkan Jaket tebal yang tak pernah mengecewakannku dalam pendakian-pendakian sebelumnya tak mampu berbicara banyak. Agar tak semakin kedinginan, ku paksakan tetap melangkah. Termos pun mulai dibuka. Air panas di dalamnya hanya berasa hangat-hangat kuku di lidah. Setiap 5 menit berjalan aku berhenti 30an detik untuk menenangkan nafas, jantung, dan otot kaki yang serasa terbakar. Tanjakan belum menunjukkkan tanda-tanda berhenti, puncak pun belum terlihat. Hanya dinding pasir tinggi yang menjulang di hadapanku. Ku lihat rekan setimku di belakang, gelap. Ku panggil rekan setimku di belakang, terdengar sahutan.

1 jam ketiga adalah saat yang luar biasa menyiksa. Suara tarikan nafasku bahkan mungkin bisa terdengar dalam radius 2 meter. Udara semakin dingin. Medan semakin sulit. Energi semakin terkuras. Semangat semakin menurun. Keputusasaan mulai tampak. Rasa Sesal mendaki Mahameru mulai membuncah. Syahadat pun berkali-kali kuucapkan (jaga-jaga tergelincir dan terguling ke bawah.....hehehehehehe...). Langkah kaki pun berubah menjadi rangkakan. Pernah satu kali aku salah ambil rute, karena kesalahan itu nyawaku hampir melayang sia-sia. Tanjakan yang seharusnya berpasir dan berbatu tiba-tiba mengeras. Tidak ada pijakan kaki, tak ada pula tumpuan tangan. 1 menit kira-kira aku berhenti di sana. Jantung berdegub kencang, bayang-bayang kematian berkelabat, syahadat kembali dilafalkan. Dengan putus asa ku edarkan pandangan ke sekeliling trek untuk mencari cerukan untuk sekedar berpegangan. Sia-sia, tidak ada satu pun. Di saat-saat terakhir. ku kerahkan semua energi yang tersisa untuk melompat ke atas dan mendaki (merangkak) cepat ke atas............berhasil...aku kembali ke trek pendakian!!! Dengan sangat bersyukur aku berhenti dan tersenyum. Ternyata aku masih hidup!!!! Beberapa saat aku berhenti di sana, memandang ke bawah, tempatku tadi berada. Lebih jauh lagi aku memandang, ku saksikan parade senter memanjang dari Arcopodo ke Mahameru. Subhanallah.....ini pemandangan yang luar biasa!!!! Ternyata telah setinggi ini aku mendaki..!!! Semangat pun kembali membuncah, mengalahkan kelelahan yang amat sangat. Termos pun dibuka kembali, ku bagikan pula ke rekan-rekan perjalanan di dekatku. Air panas di dalamnya hanya berasa hangat-hangat kuku di lidah. Setiap 5 menit merangkak aku berhenti 30an detik untuk menenangkan nafas, jantung, dan otot kaki yang serasa terbakar. Tanjakan belum menunjukkkan tanda-tanda berhenti, puncak pun belum terlihat. Hanya dinding pasir tinggi yang menjulang di hadapanku. Ku panggil rekan setimku di belakang, terdengar sahutan.

1 jam keempat adalah saat yang teramat sangat menyiksa. Tarikan nafas semakin kacau, punggung pun mulai terasa sakit. Tanjakan belum menunjukkkan tanda-tanda berhenti, puncak pun belum terlihat. Hanya dinding pasir tinggi yang menjulang di hadapanku. Ku buka tutup termos, habis. Ku buka botol air, semakin dingin. Kencangnya angin bahkan sanggup membuat botol air yang terbuka mengeluarkan suara. Semangat yang tadinya membara telah pudar. Kini setiap 3 langkah ku berhenti. Setiap 5 menit ku terduduk. wajah-wajah lelah dan putus asa terlihat di sana-sini. Ternyata bukan cuma aku ^^. Ku panggil rekan setimku di belakang, tidak ada yang menyahut. ternyata mereka telah jauh. Sendiri ku terduduk, nanar menatap kejauhan. gelap. Ku pandangi langit.  Bintang bertebaran dengan indahnya. Ku pandangi jalur pendakian. Parade senter semakin panjang dan terputus. Berkata ku dalam hati: CUKUP SEKALI KE MAHAMERU!!!! Lama ku terduduk, mengumpulkan asa dan energi yang tersisa. Ku paksa untuk melangkah (bukan merangkak). Detik demi detik berlalu, menit demi menit berlari. PUNCAAAAKKKK!!!! Begitulah teriakan girang para pendaki di depanku. Semangat kembali membara, ku percepat langkah kaki. Dan............PUNCAKKKK....AKU SAMPAI DI MAHAMERU!!!! TANAH TERTINGGI DI PULAU JAWA!!!! Alhamdulillah. Beberapa pendaki menyalamiku bahagia. Tampak terharu.

Yah....begitulah kira-kira kisah perjalananku ke Mahameru. Aku tiba di sana pukul 04.15 pagi. Di depanku telah sampai terlebih dahulu Boger (kira-kira 2 menit di depanku) dan beberapa pendaki lain. Udara sangat dingin, ada pendaki yang mengukur suhu puncak saat itu, 0oC. Mantap!!. Luar biasa dingin. Berbagai cara dilakukan oleh para pendaki untuk menghangatkan tubuh. Menyalakan lilin, Api, bahkan ada tim pendaki yang berkumpul saling merapatkan tubuh. Kami terlalu pagi sampai puncak (Thanx to kabar burung). Akibatnya, suhu yang harus kami tanggung pun luar biasa dingin...karena mengantuk, aku mengeluarkan seluruh perlengkapan penghangat cadangan yang aku bawa. Balaclava dan syal aku pasang melilit seluruh wajah tanpa kecuali. Kemudian aku memaksa diri tidur beralas tanah berbatu Mahameru yang dingin itu. Baru beberapa menit merebahkan diri,  aku pun melayang di alam mimpi...hahahahaha...untung nggak kena hypotermia....hahahahaha..... 1 jaman kemudian anggota tim lain mulai menyusul Fadil dan Mashari. Anggota tim yang paling akhir samapi puncak adalah Takay. 1,5 jaman dari aku. Hampir seluruh angggota tim menceritakan hal yang sama. Keputusasaan dan Harapan



Fajar mulai terbit, para pendaki yang beragama Islam pun mulai bertayamum dan mendirikan sholat subuh berjamaah di Mahameru. Pemandangan yang luar biasa. 

Beberapa saat kemudian, waktu yang dinanti-nanti para pendaki tiba. Sunrise ^^. Subhanallah....luar biasa indah...sangat bersyukur aku dapat menyaksikan pemandangan itu. Pemandangan yang akan membayar perjuangan para pendaki Mahameru.

Foto dan video detik-detik sunrise: 





Detik-detik Sunrise



Setelah terang kami mulai berkeliling dan berfoto di puncak Mahameru yang ternyata cukup luas.


Soe Hok Gie dan Idhan Lubis dalam Kenangan

Negeri di Atas Awan

Salah Satu Pemandangan Puncak



Para Pendaki Mahameru

Kami turun pukul 07.15. 15-20 menit setelah kami turun, Jonggring Saloko beraksi. Sayang sekali kami melewatkan momen bersejarah itu. Tidak seperti waktu naik, ternyata menuruni Mahameru hampir semudah membalikkan telapak tangan.... hahahaha.... Kontras sekali dengan perjuangan menaikinya. Kita bisa berjalan santai, berlari, atau bahkan berseluncur, kalau berani, ketika menuruni Mahameru. Namun demikian tetap dibutuhkan kewaspadaan yang tinggi mengingat bukan diri kita saja yang perlu kita jaga. Sekali tergelincir, maka akan berakibat fatal bagi pendaki lain di depan kita.  






Menuruni Mahameru


5-7 Jam waktu yang kita butuhkan untuk menaklukkan Mahameru. Namun, untuk turun, cukup membutuhkan waktu 1 jam...hmmm...kontras sekali.

Almarhum Cemoro Tunggal di Mahameru


Arcopodo


Salah Satu Tenda Kreatif Pendaki di Arcopodo

Di Arcopodo, aku sempat melihat tenda kreatif yang dibuat oleh salah satu tim pendaki. Mereka tidak membutuhkan dome. Cukup ponco para anggota tim yang disatukan dengan plester dan dibentuk sedemikian rupa sehingga membentuk tenda. Sangat menarik. Perlu dicoba suatu saat nanti ^^.

Jalur Puncak-Kalimati


Edelweis dan Bunga Kuning di Kalimati

Kampung Pendaki di Kalimati

Sesampainya di Kalimati, kami beristirahat, masak, makan, dan mengambil air persediaan lagi di Sumbermani. Sore harinya, kira-kira pukul 16.00 kami menuju ke Ranu Kumbolo. Kami tiba di sana sebelum waktu Isya'.

5 Juni 2011
Tidak seperti sebelumnya, hari ini Ranu Kumbolo sangat dingin. Aku bahkan memerlukan jaket tebalku selain sleeping bag untuk bisa tidur. Ternyata saat itu Ranu Kumbolo sedang mencapai suhu yang lumayan ekstrim. Embun di Ranu Kumbolo bahkan sampai membeku. Pantas saja.

Hari itu, kami se-dome bangun kesiangan. 6.30an pagi. Beuuhh....ternyata Mahameru telah menguras hampir seluruh energi kami :D. Hari itu wajah para pendaki terlihat cerah. Sinar kepuasan terpancar dari mata mereka karena telah mampu menaklukkan Mahameru. Namun tidak semua pendaki berhasil menaklukkan Mahameru. Mungkin hanya 2/3 hingga 3/4-nya saja.


Bersenang-senang di Ranu Kumbolo


Setelah bersih-bersih dan memuaskan hasrat berkeliling Ranu Kumbolo, kami pun segera packing dan menuruni semeru. Pukul 13.00 kami telah sampai di Ranupani yang kemudian dilanjutkan dengan menumpang truk meuju Tumpang ^^.


OST Mahameru:


Terima Kasih ^^

Next Destination: GUNUNG MERBABU..again...with KORSAPALA, 24-26 Juni 2011...insyaALLAH...

44 komentar:

  1. eh ane ga setuju tuh padang pasir dinamain pasir berbisik karena pilem mbak dian,dinamakan padang pasir berbisik karena padang pasir yang ada di bromo kalo ketiup angin pasti akan terdengar seperti bisikan2 gaib...
    begitu menurut kitab tatang sutarna

    BalasHapus
  2. mahameru buatq adlah rekor staminaq,,,,,cz pd pndakian x ni,kaki yg normal bs d pkai hx 1,kaki kanan ja,kaki kiri KO cz bis jatuh dr motor,pek skrg lom smbuh total,aplg kmrn jum'at malam aq d tabrak dr kiri olh pengendara brutal yg tak brtanggung jwb,nasibe kaki kiriq,,,,,,tahun depan kusambangi lg mahameru dg smgt baru,,,,insyaAllah.

    BalasHapus
  3. @anonim: lain kali klo komen tolong kasih nama y gan ^^.... oh gitu y?? ane baru tahu ada cerita begituan..itu yang aku posting di atas adalah info dari temen ane gan....btw nais inpo gan ^^

    @abumasa: klo kaki normal dua2nya juga belum tentu bisa cepet gan...ehehehehehehehe....peace ^^v .. tahun depan kasih tahu aku klo mau ke sana.. ^^ i'm in (walau waktu naik kemaren nyesel banget naik mahameru..hahahahahaha)

    BalasHapus
  4. ya gini ini kalo belum punya bini... kasihan... hahahahahaha... :D

    BalasHapus
  5. keulenn.. berasa baca fragmen novel 5cm lagi..

    BalasHapus
  6. iya, berasa baca fragmen 5cm, dg visualisasi nyata..foto2 nya apik :D

    anak stapala kah?

    BalasHapus
  7. @krisnasp: hmm...ya..ya..ya...

    @yogyantoro n keenkaftan: hehehehe..thanx gan...you must try it :)

    BalasHapus
  8. @keenfaktan: ane bukan anak stapala gan...cuma hobi hiking aja sama kawan2 ^^

    BalasHapus
  9. waw..ceritanya keren bang...boleh donk ntr kapan-kapan ajak aku naik lagi heheheh,,,makasie juga dah mampir di blogku lho :)

    BalasHapus
  10. @grayrose: yg keren bukan ceritanya, tapi mahamerunya ...hahahaha...thanx juga dah mampir..... sip lah...sering2 mampir aja..pasti tahu dah jadwal hikingnya :P

    BalasHapus
  11. jadi menitikan air mata bacanya,,, 2005 q pernah menaklukkan MAHAMERU sendirian sepi n sunyi yang ada dalam benakku waktu itu adalah memenuhi keinginan seseorang yang sangat aku cintai yang menjelang ajalnya minta sekuntum bunga abadi dari puncak MAHAMERU. 2 menit setelah bunga Abadi q serahkan di genggamannya waktu itu pula dia "pergi" untk selamanya.... pantaskah aku menangis.????? n sekarang aq mencoba lari dari kenyataan meninggalkan pulau jawa. aq lagi cari damai hati n jiwa tuk merelakan kepergiannya

    BalasHapus
  12. subhanallah......tak mampu berkata2 aku baca komen agan anonim atas ane....perjuangan yang tentu luar biasa berat, menaklukkan mahameru sendirian...but, live must go on...relakan saja, ikhlaskan, doakan yang terbaik untuknya... semoga Tuhan YME akan mengganti dengan yang lebih baik.... SEMANGAT!!!!!

    BalasHapus
  13. pokoknya penjelasan yang detail lengkap dengan gambar

    salam kenal dari pamekasan madura
    sukses dengan petualangannya

    BalasHapus
  14. thanx udah mampir...salam kenal juga mas bro..salam juga dari bumi joko tingkir, Lamongan :)

    BalasHapus
  15. hem banyak cerita dari Mahameru nih.. jadi teringat saya nih saat terkena badai saat melakukan summit attack, yang mengakibatkan dua orang pendaki asal Bekasi hilang selama 3 hari. Alhamdulillah saya selamat..

    Bener nih Mas, cukup sekali aja ke Mahameru.. awas ketagihan tuh hehe. Lain kali kalau mau naik. lewat jalur transport Lumajang aja Mas. lebih murah dibanding harus nyewa hardtop 450 ribu...

    Salam kenal dari Jember

    BalasHapus
  16. wah..alhamdulillah selamat mas...nekat juga summit attack pas badai..mahameru pula...

    klo dulu pas naik emang gitu mas...kapok naik mahameru...tapi habis itu jd kangen lagi....oke, nais nifo gan :)

    BalasHapus
  17. awesome *kemudianngeces *kemudianngiler

    BalasHapus
  18. pam2_yessy@yahoo.om21 Juni 2012 pukul 11.13

    SUBHANALLOH..........hanya itu yg bisa q ucapin sm perjuangan kalian.
    ....////.....
    dr dulu q msih blm dpt ijin dr orang tuaku buat ndaki ke mahameru. ..
    itu lah hal paling buat q terkesan ketika melihat cerita di atas dengan kesempatannya menikmati tantangan mahameru dan kesempatan untuk melihat pemandangan puncak para dewa itu.
    ...

    BalasHapus
    Balasan
    1. thanx, mbak.... sayang bnget belum dapat izin.. ane doain semoga ntar diizinan... mantap kali viewnya :)

      Hapus
  19. Suka banget tulisan2nya bener2 brasa ikutan naik gunung hehehe...Semeru emng bkn kapok tp jg jd candu...Pertama kali naek gunung ya ke semeru sm suami tercinta (baru bs naek gunung stlh menikah alias gk bs dilrng ortu lg hehehee)tp sayang gk smpe puncak (100mtr sblm punck) gr2 nungguin suami ketinggln dibwah staminany drop..tp tetep seneeeng pemandanganny subhanAllah...

    BalasHapus
    Balasan
    1. makasih, mbak, atas apresiasinya...

      bnere banget, semeru emang kaya candu...beda banget dah sensasinya kalau mendaki gunung ini..hehehe...

      thanx udah mampir :)

      Hapus
  20. meski ga mungkin bagi q u/ mendaki gunung, apalagi Mahameru. Tapi cerita2 yg q baca cukup membuat q terharu, sedikit bisa merasakn bagaimana perjuangan menuju puncaknya.. but thanks u/ ceritanya, suka banget, foto2nya kereen. :)

    BalasHapus
  21. sedih banget ka, liat semua pemandangannya... pasti bakal nyesel bgt klw aq ga bisa sampai ke tempat ini... walaupun aku tau itu msh Immposible.. tp aku yakin aku bakal sampe ke sana... Mahameru... saya akan datang... percayalah

    BalasHapus
    Balasan
    1. wah......semangat yg bagus. tetap optimis, mbak :)

      thanx udah mampir :)

      Hapus
  22. Pandu keadilan rekk.. haha Bersiap-siagalah!

    BalasHapus
    Balasan
    1. harus jadi suami siaga pula nih kayaknya :D

      Hapus
  23. Tanggal 6 Juni Next Trip Mahameru yang mau gabung sialhkan gan . Ane dari surabaya . Mimpi yang belum terwujud menaklukan puncak Mahameru !!!

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehehe.... ini baru aja 1 haru turun dari Mahameru lagi :D

      sukses buat pendakiannya, gan :)

      Hapus
  24. Balasan
    1. Jgn lupa bawa sampahnya turun lagi, gan

      :D

      Hapus
  25. ini pas masih belum kayak pasar Ranu Kumbolonya,
    kalo sekarang sih.... hhmmmm....

    BalasHapus
    Balasan
    1. iyo...hehehehhe... sekarang udah rame banget..biasa, efek 5cm :D

      Hapus
    2. Sekarang mah kalo di Rakum kemaleman dikit kagak dapet tempat . hhahahaha

      Hapus
    3. dapet sih, tapi di ujung sonooooo banget ... wkwkwkwkwk.....

      Hapus
  26. Puncak abadi para Dewa...

    Belom pernah muncak,,tapi liat foto2nya aja slalu bikin merinding disco sambil berdzikir :))

    Alam Indonesia itu indah!

    BalasHapus
    Balasan
    1. *ngebayangin merinding disco sambil berdzikir itu kayak apa..

      hahahaha...

      Hapus
  27. wih mahameru,,track puncaknya ajib gan
    sebelum summit mah enak track nya,ga terlalu terjal

    kerasa banget pas summit hahahaha

    salam kenal ye gan
    MAHAMERU ga ada abisnya emang

    BalasHapus
    Balasan
    1. iyo,,,mantap lah itu Mahameru :)

      salam kenal juga

      Hapus
  28. itu ranu kumbolo kok dibuat renang ya zzzzz. gaboleh dibuat reanang kang mestinya. selain merusak ekosistem dan membuat air jadi kotor, ada mitos nya juga. percaya ga percaya ma mitos, yg terpenting gaboleh renang di ranu kumbolo.

    BalasHapus
  29. itu ranu kumbolo kok dibuat renang ya zzzzz. gaboleh dibuat reanang kang mestinya. selain merusak ekosistem dan membuat air jadi kotor, ada mitos nya juga. percaya ga percaya ma mitos, yg terpenting gaboleh renang di ranu kumbolo.

    BalasHapus